Saat ini, penggunaan mobile app dan web app sudah menjadi bagian dari keseharian hampir semua orang di dunia. Faktanya, selama tahun 2019 ada lebih dari 204 miliar unduhan aplikasi yang dilakukan lebih dari 4 miliar pengguna.
Pasar yang makin besar dan luas membuat persaingan di industri ini makin ketat dan cepat. Tanpa inovasi dan kemampuan membidik target pasar yang tepat, aplikasi yang sudah susah payah dikembangkan dapat mengalami kegagalan. Terlebih, jika Anda memiliki kompetitor dengan suntikan modal yang tak kunjung habis.
Salah satu aspek yang patut menjadi perhatian para pengembang adalah UI/UX. Kedua elemen tersebut memegang peranan penting untuk meningkatkan kualitas pengalaman dan kepuasan pengguna aplikasi. Hal ini jelas penting, terutama dengan proyeksi pertumbuhan angka unduh aplikasi hingga 258 miliar di tahun 2022.
Sekilas tentang UI/UX
Anda mungkin pernah atau bahkan sering mendengar tentang UI/UX. Istilah ini memang kian populer dalam beberapa tahun terakhir, khususnya saat para pengembang aplikasi mulai menyadari bahwa pengalaman pengguna sangat berpengaruh terhadap loyalitas mereka.
UI (User Interface)
UI secara harfiah berarti User Interface alias antarmuka pengguna. Ini adalah hal yang berkaitan dengan interaksi pengguna terhadap mobile app. Elemen-elemen dalam user interface biasanya mencakup tombol, blok, elemen aplikasi, media visual, dan aspek lain yang berpengaruh terhadap kontrol pengguna.
Sistem antarmuka pengguna tidak hanya dipakai dalam rangkaian aplikasi digital, seperti web app dan mobile app, tetapi juga pada beragam perangkat elektronik lain, termasuk peralatan rumah tangga dan sistem transportasi.
Seiring waktu, sistem antarmuka pengguna tidak hanya sekadar dipakai untuk menjalankan fungsi, tetapi sudah merambah ranah branding dan business development. Sebagai contoh, sebuah bisnis dengan logo berwarna biru biasanya akan membuat aplikasi dengan nuansa antarmuka berwarna senada.
User Interface pada umumnya bersifat pasif. Ini berarti, pengembang memiliki kontrol penuh untuk merancang UI yang dirasa paling cocok atau disukai pengguna. Oleh sebab itu, tidak heran jika pemodelan UI/UX biasanya dimulai dari pembuatan desain UI sebelum berlanjut ke hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman pengguna.
UX (User Experience)
UX secara harfiah adalah User Experience. UX—seperti namanya—terdiri atas elemen-elemen yang memengaruhi pengalaman pengguna saat mengoperasikan aplikasi tertentu. Optimalisasi UX berpatokan pada peningkatan kualitas pengalaman yang ditawarkan oleh sebuah aplikasi kepada para user-nya.
User Experience merupakan serangkaian proses yang mendukung fungsi pada aplikasi. Desain sistemnya dibuat berdasarkan gabungan dari faktor-faktor yang memengaruhi keseluruhan pengalaman pengguna saat mengoperasikan sebuah aplikasi atau perangkat.
Konsep peningkatan pengalaman pengguna sudah ada sejak tahun 1940-an, khususnya selama masa revolusi industri di mana hubungan antara manusia dan mesin dalam lingkungan kontekstual semakin luas.
Saat ini, UX memegang peranan penting untuk meraih kepuasan dan loyalitas pelanggan. Sekalipun visual yang dipakai dalam sebuah aplikasi sangat memanjakan mata, apabila pengguna merasa kesulitan mengoperasikannya, aplikasi tersebut lama-kelamaan akan ditinggalkan.
Mengenal Prinsip Dasar UI/UX
UI/UX masih bisa dianggap sebagai bidang ilmu yang cukup baru dalam dunia software development. Oleh sebab itu, pengembang pada dasarnya perlu melakukan banyak eksperimen untuk menemukan formula yang tepat bagi kebutuhan masing-masing.
Untungnya, ada beberapa prinsip dasar yang bisa Anda jadikan patokan. Dengan prinsip-prinsip tersebut, pengembang diharapkan mampu tetap fokus pada tujuan utama optimalisasi elemen-elemen dasar ketikan melakukan eksperimen atau berinovasi.
Prinsip dasar UI
Beberapa prinsip dasar UI yang patut diketahui adalah:
1. Desain Visual
Desain visual berhubungan erat dengan nilai estetika sebuah produk digital, termasuk aplikasi mobile. Hal ini merupakan bagian dari prinsip dasar UI yang perlu diperhatikan oleh pengembang. Elemen visual pada sebuah sistem memiliki peran vital untuk menyederhanakan tampilan aplikasi tanpa mengabaikan nilai estetika yang memanjakan mata pengguna.
2. Desain Interaktif
User Interface pada dasarnya juga bersifat interaktif. Karena itu, UI yang bagus harus dibuat dengan mempertimbangkan cara pengguna berinteraksi dengan mesin. Desain interaktif sebaiknya dirancang untuk mengantisipasi kebiasaan pengguna sekaligus membentuk kebiasaan baru yang mudah diadaptasi dalam jangka pendek.
3. Arsitektur Informasi
Arsitektur informasi merupakan desain untuk membantu pengguna mengoperasikan berbagai fungsi. Hal ini umumnya mencakup proses pemberian label, pengaturan struktur, dan organisasi perangkat aplikasi sehingga informasi yang diperlukan mudah ditemukan dan dapat dilakukan secara berulang.
Prinsip dasar UX
Ketiga poin di atas merupakan gambaran kasar dari prinsip UI dalam pengembangan sebuah aplikasi. Sementara itu, beberapa prinsip UX yang harus Anda ketahui adalah:
1. Konsistensi
Desain user experience yang baik harus konsisten di semua lini. Dengan demikian, pengguna dapat mengadopsi perilaku atau cara penggunaan aplikasi dengan cepat dan mudah. Idenya adalah untuk membuat pengguna merasa familiar dengan pengalaman penggunaan aplikasi.
Anda tidak harus menciptakan sistem baru untuk memberi pengalaman terbaik. Pada umumnya, pola standar yang sudah ada (misalnya penggunaan Human Interface Guideline pada pengembangan app berbasis iOS atau Material Design Guideline untuk Android) sudah cukup untuk menghadirkan pengalaman pengguna yang konsisten.
2. Kontrol Pengguna
Kontrol pengguna merupakan prinsip yang cukup baru dalam dunia user experience. Prinsip ini menekankan bahwa pemberian opsi kontrol yang lebih luas bagi pengguna berbanding lurus dengan kualitas pengalaman yang didapat.
Pengaturan kontrol pengguna yang baik memungkinkan user melakukan efisiensi. Misalnya, dengan memberikan fitur fungsi cepat, template, atau akses yang lebih mudah ke fungsi-fungsi repetititf.
Salah satu aspek vital dari pemberian kontrol pengguna adalah pemberian fitur pemulihan instan untuk mengembalikan kesalahan pengaturan atau pemakaian oleh pengguna. Jika dulu sebuah sistem hanya memberikan opsi “kembali ke pengaturan default” dan semacamnya, kini pengembang diharapkan mampu memberikan opsi pemulihan yang lebih simpel.
3. Aksesibilitas
Aksesibilitas dalam istilah produk digital mengacu pada pembuatan desain produk yang ramah bagi pengguna dari semua kalangan. Peningkatan aksesibilitas aplikasi berkaitan langsung dengan pengalaman pengguna sehari-hari.
Seperti yang Anda tahu, saat ini produk digital telah digunakan oleh hampir semua orang, mulai dari anak-anak, orang dewasa, orang tua, hingga orang berkebutuhan khusus (penyandang disabilitas). Pengembang harus memperhitungkan semua faktor tersebut sebelum melakukan perubahan atau modifikasi apa pun.
Aksesibilitas aplikasi adalah hal yang wajib terus dikembangkan secara bertahap. Sekalipun Anda sudah menetapkan target pengguna yang sangat spesifik, pada akhirnya produk digital tetap dapat menembus dimensi tersebut.
Tren UI/UX 2021
Sama seperti aspek-aspek lain dalam dunia digital, tren UI/UX juga bisa berubah seiring waktu. Uniknya, cukup banyak tren yang lahir dari pengembangan sistem sebelumnya alih-alih hasil dari inovasi baru.
Tren user interface dan user experience ini juga kerap menimbulkan efek berantai dalam peta persaingan bisnis digital. Nama-nama besar seperti Facebook dan Twitter saling bersaing untuk mengaplikasikan tren terbaru dalam sistem antarmuka produknya supaya pengguna tidak merasa “ketinggalan”.
Asyiknya, website development di level menengah ke bawah juga bisa meniru tren yang sedang berkembang saat ini. Berikut adalah 10 tren UI/UX di tahun 2021 yang mungkin bisa Anda terapkan:
1. Dark Mode
Meskipun bukan fitur yang benar-benar baru dalam optimalisasi UI/UX aplikasi berbasis mobile atau web, Dark Mode tetap menjadi tren panas pada tahun 2021. Dark Mode memungkinkan pengguna mengubah nuansa warna antaramuka menjadi lebih gelap.
Secara umum, latar belakang berwarna cerah memang memiliki kontras warna yang lebih baik sehingga pengguna lebih mudah membaca teks. Spektrum warna terang juga cocok dipadukan dengan beragam warna lembut yang tidak menyilaukan mata. Sayangnya, paduan warna “hitam di atas putih” sering kali tampak terlalu konvensional dan kurang estetis.
Di sisi lain, warna “putih di atas hitam” tampak lebih estetis dan emosional, tetapi berisiko mengurangi readability dan membuat mata cepat lelah. Karena itu, kebanyakan pengembang tidak menjadi Dark Mode sebagai pengaturan default alias hanya dipasang sebagai fitur pendukung yang bebas dipakai atau diabaikan oleh pengguna.
2. Elemen 3D
Penggunaan elemen 3D dalam pembuatan desain sistem antarmuka bukanlah hal baru. Akan tetapi, perkembangan spesifikasi komputasi perangkat membuat pemakaian elemen 3D saat ini jauh lebih hidup daripada beberapa tahun silam.
Saat ini, desain 2D konvesional memang masih lebih umum dijumpai. Namun, jumlah aplikasi yang memanfaatkan elemen 3D pun tidak sedikit. Kebanyakan pengembangan memakai 3D dalam bentuk animasi untuk menciptakan “ilusi” atau efek khusus yang tidak mungkin dibuat dalam desain 2D.
Satu hal yang perlu Anda perhatikan adalah memastikan pengguna dapat dengan mudah membiasakan diri saat memakai elemen-elemen 3D yang ada pada aplikasi. Entah itu tombol, simbol, atau bahkan warna. Pastikan Anda membuat desain yang serupa dengan pola desain pada umumnya agar pengguna tidak merasa bingung. Ingat, UI tidak boleh memberi dampak negatif pada UX, begitu pun sebaliknya.
3. Elemen Mengambang (Floating)
Elemen mengambang (floating element) mampu memberi sentuhan tampilan antarmuka yang lebih “bersih” dan rapi. Penggunaan elemen ini membuat aplikasi tampak lebih terorganisir sekaligus terasa “halus” saat digunakan.
Salah satu contoh penggunaan floating element adalah tombol tweet pada aplikasi mobile Twitter. Dengan menambahkan elemen mengambang di sudut layar, pengguna dapat terus menggeser lini masa ke bawah tanpa perlu kembali ke dasbor atas untuk membuat cuitan.
Floating elemen juga cukup sering dipakai untuk memberi panduan penggunaan aplikasi atau fitur baru pada user. Namun, Anda juga bisa memakai elemen ini untuk berbagai keperluan lain, mulai dari pembuatan action button atau quick features. Dengan desain yang rapi dan jelas, tren satu ini bisa menjadi memberikan perbedaan yang besar terhadap user experience.
4. Optimalisasi Multimedia
Pengembangan aplikasi tanpa pengaruh elemen multimedia dapat dikatakan mustahil. Saat ini, aplikasi paling sederhana sekali pun pasti memiliki setidaknya satu elemen multimedia di dalamnya. Optimalisasi elemen tersebut menjadi fokus bagi banyak pengembang.
Selain gambar statis atau animasi, Anda kini dapat dengan mudah menemukan video, bahkan rekaman suara dalam sebuah aplikasi. Hal ini mampu memberi pengaruh positif terhadap aksesibiltas aplikasi tersebut; makin banyak media, makin banyak informasi yang didapat user dalam waktu singkat.
Sebagai contoh, alih-alih memberikan panduan penggunaan aplikasi lewat tulisan, Anda bisa membuat tutorial penggunaan aplikasi melalui video, lalu menghubungkannya ke Youtube. Cara ini tampak lebih kreatif dan interaktif daripada membiarkan pengguna melakukan ekplorasi secara otodidak.
Namun, penting untuk dicatat bahwa media visual mengambil porsi paling banyak dalam pengolahan sistem kerja antarmuka. Dengan kata lain, pemakaian media yang berlebih dapat memperlambat kecepatan loading dan mengurangi kualitas pengalaman pengguna.
5. VUI (Voice User Interface)
Tren yang satu ini memungkinan pengguna untuk berinteraksi dengan mesin. Sejak kemunculan teknologi pengenalan suara (voice recognition), pengembang mulai melirik VUI sebagai solusi beragama persoalan aksesibilitas dan efesiensi aplikasi besutannya. Saat ini, VUI bisa Anda temukan di mana pun, mulai dari gawai, perangkat elektronik, hingga kendaraan bermotor.
Dulu, VUI sering dikaitkan dengan teknologi kecerdasan buatan (AI). Padahal, basis desainnya cukup berbeda—perintah suara hanya perlu merespons input secara langsung tanpa melakukan pengolahan data secara sistematis. Oleh karena itu, pengembangan aspek linguistik dan pola kebiasaan pengguna harus menjadi hal yang diprioritaskan.
Asyiknya, VUI kini bisa Anda sisipkan di hampir semua jenis sistem operasi. iOS, Android, dan Windows sudah mendukung penggunaannya secara native tanpa perlu melakukan modifikasi besar-besaran. Teknologi ini diharapkan mampu meningkatkan kualitas pengalaman pengguna.
VUI memiliki beberapa keuntungan bagi para pengguna, yaitu:
- Membantu menghemat waktu, terutama saat user berada dalam kondisi yang tidak optimal, misalnya saat sedang mengemudi dan perlu meminta bantuan Google Maps.
- Memudahkan user penyandangan disabilitas untuk mengoperasikan aplikasi.
- Meningkatkan kemampuan artikulasi perintah. Tanpa disadari VUI juga membantu Anda mengembangkan kemampuan linguistik dalam cakupan yang lebih umum.
- Memiliki kecepatan pengembangan yang cukup pesat sehingga pengguna tidak perlu menunggu lama untuk mendapat pengalaman yang lebih baik.
6. Penggunaan Fonta Nonstandar
Fonta adalah aspek yang tampak sepele, tetapi sangat berpengaruh pada pengalaman para pengguna. Meski beberapa fonta tampak mirip satu sama lain, sering kali ada satu atau dua perbedaan yang bisa menghadirkan pengalaman berbeda kepada user.
Di zaman sekarang, penggunaan fonta standar seperti Calibri atau Arial sudah jarang digunakan oleh pengembang aplikasi. Pilihan fonta nonstandar yang makin banyak dan beragam memberikan keleluasaan lebih bagi para pengembang.
Akan tetapi, penting untuk diingat bahwa aspek legal harus menjadi prioritas utama saat memilih fonta. Pasalnya, banyak fonta yang dilindungi oleh hak cipta khusus sehingga perlu dibeli apabila hendak dipakai untuk keperluan komersial. Karena itu, pastikan Anda mencari fonta dari situs-situs jual beli legal, seperti Fontshop atau MyFonts.
7. Visualisasi Data
Penyajian data dalam web atau aplikasi adalah hal biasa. Namun, persaingan kreativitas cara penyajian data saat ini benar-benar sudah naik ke tingkat yang lebih tinggi. Alih-alih menggunakan diagram batang atau chart konvensional, sudah ada banyak pengembang yang menanamkan visualisasi data berbasis 3D atau animasi bergerak.
Tren ini membawa angin segar dalam dunia user interface dan user experience yang cenderung “kaku”. Visualisasi data dianggap mampu memberikan ruang untuk berkreasi bagi para desainer. Akan tetapi, tren ini pun membawa masalah sendiri; visualisasi data yang tampak apik dapat memengaruhi objektivitas data itu sendiri. Dengan kata lain, pengguna cenderung lebih memercayai cara penyampaian sebuah data daripada kredibilitas data itu sendiri.
Masalah lainnya ada pada ukuran dan beban pengolahan elemen visual di dalam aplikasi. Makin banyak elemen visual yang dipakai, makin lambat kecepatan akses pengguna terhadap data tersebut. Oleh sebab itu, diperlukan kejelian untuk melakukan optimalisasi penyajian data secara visual.
8. Integrasi dengan Media Sosial
Zaman sekarang, media sosial sudah menjadi bagian dari keseharian hampir semua orang. Ragam pilihan platform untuk mengekspresikan diri adalah bagian dari lahan buruan para pengembang aplikasi dan produk digital. Karena itu, desain UI/UX yang baik harusnya turut mempertimbangan faktor integrasi media sosial sebagai fitur pelengkap yang penting.
Integrasi media sosial tidak sekadar berfungsi untuk menjembatani interaksi antara aplikasi dengan platform lain melalui fitur sharing, tetapi juga menjadi penyempurna User Experience, khususnya bagi target pengguna di usia remaja-dewasa yang cukup aktif di media sosial. Terlebih lagi, data menunjukkan bahwa 90% remaja berusia 13-19 tahun adalah pengguna aktif sosial media dengan 51% di antaranya aktif setiap hari.
Anda pun bisa menyediakan fungsi lain yang berkaitan dengan media sosial, seperti fitur login melalui akun media sosial, ikon khas masing-masing platform, serta social feeds agar user dapat memantau lini masa tanpa meninggalkan aplikasi atau situs web Anda.
9. Desain Asimetris
Desain asimetris dapat disebut sebagai tren UI/UX terbaru yang muncul di tahun 2021. Desain ini mengoptimalkan penggunaan layout dan grid asimetris untuk menciptakan tampilan UI yang lebih “eksperimental”. Tak hanya itu, desain asimetris biasanya juga memanfaatkan elemen-elemen nonkonvensional hasil pemrograman atau buatan sendiri.
Desain ini cocok bagi Anda yang tidak segan memakai kombinasi dari beragam lapisan media visual, tipografi, dan sentuhan UI yang lebih bold alias berani. Namun, karena layout-nya tidak simetris, sering kali ada banyak ruang di antara grid sehingga diperlukan kejelian dan insting seni yang bagus untuk menjaga tampilan UI tetap estetis tanpa merusak elemen UX di dalamnya.
Aspek lain yang perlu mendapat perhatian khusus dari pengembang adalah warna. Pola warna pada desain asimetris biasanya terdiri dari banyak kombinasi dan memiliki kontras warna yang tinggi. Carilah paduan warna yang jarang digunakan untuk memberikan efek kejut khas desain asimetris.
Sebagai gambaran desain asimetris, Anda bisa melihat beberapa contoh situs web seperti Limnia Fine, Innovative Metal Plant, dan Fashion Hero.
10. Desain Minimalis
Sempat redup selama satu atau dua tahun terakhir, tren desain antarmuka minimalis kembali meroket di tahun 2021. Seperti namanya, desain minimalis menghadirkan tampilan antarmuka sederhana tanpa penggunaan visual atau multimedia yang memenuhi layar pengguna.
Meski tampak sederhana, pada kenyataannya merancang desain minimalis cukup rumit. Pengembang dituntut untuk mendesain antarmuka yang tampak “bersih” tanpa mengurangi satu pun fitur yang disematkan di dalamnya. Padahal, memadatkan banyak fitur dalam satu kategori atau fungsi adalah hal yang cukup rumit.
Pembuatan user interface atau user experience minimalis menekankan sisi proporsi dan komposisi yang sangat mendetail. Karena tidak banyak elemen yang dipakai, masing-masing elemen tersebut harus bisa menjalankan fungsi-fungsi inti aplikasi secara ringkas dan akurat.
Beberapa contoh antarmuka minimalis yang mungkin bisa menginspirasi Anda adalah Maaemo, Planet Radio, dan Nua Bikes.
Kesimpulan
Dari tren-tren di atas, hampir seluruhnya bukanlah hal baru dalam dunia pengembangan sistem antarmuka. Ranah UI/UX memang relatif lebih lekat dengan prinsip-prinsip konservatif (terutama UX) sehingga inovasi dalam bidang ini masih terbilang lambat dibandingkan lini keilmuan lainnya yang serupa, seperti SEO atau content marketing.
Demikianlah pembahasan mengenai tren-tren UI/UX di tahun 2021 yang bisa dicontoh. Laiknya tren pada umumnya, poin-poin di atas bisa saja berubah seiring waktu. Namun, tidak ada salahnya untuk memperkaya wawasan dan kemampuan melalui 10 tren di atas.
Jika ingin hasil instan yang terbukti efektif dan seefisien, Anda dapat memakai jasa software house yang menyediakan one-stop solution pembuatan dan pengembangan beragam produk digital (mobile app development, website development, software development) dengan dukungan IT consultant dan ahli andal, seperti SoftwareSeni.