E-Learning = Bubble Dot Com?
Bisnis E-learning nampaknya cukup mendapat banyak atensi. Hal tersebut dibuktikan dengan meningkatnya atensi pasar terhadap industri E-learning. Global Market Insight memberikan data positif tentang bisnis E-learning. Setidaknya, pada tahun 2018 pasar E-learning sudah menyentuh angka 190 Miliar dolar Amerika. Menariknya, angka tersebut akan terus tumbuh hingga 7% pada tahun 2025. Cukup menjanjikan bukan? Tetapi, apakah pasar E-learning bisa menjadi bisnis yang menguntungkan, atau hanya tren pasar yang akan menghilang pada nantinya?
Masih ingat dengan bubble dot com yang terjadi di Amerika pada awal era 2000-an? Bubble dot com merupakan fenomena yang terjadi pada awal era 2000-an ketika banyak masyarakat yang terlalu optimis pada perkembangan teknologi internet. Sehingga, banyak masyarakat dunia melakukan investasi besar-besaran kepada perusahaan-perusahaan online (.com). Karena optimisme yang terlalu besar, tingkat harga saham yang berani investor berikan kepada perusahaan dot com tidak terbendung.
Hal ini menyebabkan tidak seimbangnya nilai aktual dari perusahaan online (.com) tersebut dengan nilai subjektif yang dirasakan investor. Dan, ketika perusahaan dot com tidak menunjukan performa yang baik dan menguntungkan, tentu investor akan menarik dana dari perusahaan tersebut. Penarikan dana besar-besaran pada pasar dot com menyebabkan banyak perusahaan bangkrut dan investor yang rugi.
Lalu apa hubungannya E-learning dan Bubble dot com?
Perusahaan dot com (.com) banyak bermunculan setelah internet dapat dijangkau dengan mudah oleh masyarakat. Internet merubah kebiasaan masyarakat dalam mendapatkan informasi, oleh karena itu era 2000-an disebut juga sebagai era informasi. Namun, dengan adanya fenomena ini memudahkan setiap orang untuk memiliki perusahaan dot com. Yang ditakutkan para investor pada pasar E-learning yaitu akan memiliki nasib yang sama dengan perusahaan-perusahaan dot com dimana hanya bisa membuat platform tapi tidak memiliki kemampuan dalam mengembangkan bisnis. Padahal, platform E-learning hanyalah media perusahaan untuk memberikan nilai aktual kepada pengguna atau user.
Maka dari itu, yuk simak pembahasan berikut agar kalian bisa turut meramaikan pasar E-learning yang menguntungkan.
Tren vs Bertahan?
Pertanyaan mendasar untuk pasar E-learning yaitu, apakah ini merupakan bisnis sesaat atau akan bertahan lama. Potensi pertumbuhan pasar E-learning dan prediksi jangka bertahan bisnis E-learning pastinya akan menentukan sikap bisnis. Misalnya, dengan berdasar data dari Global Market Insight, pasar E-learning akan mengalami pertumbuhan 7% dari nilai pasar 190 Miliar dolar Amerika hingga tahun 2025. Bisa dikatakan, pada tahun 2025 pasar E-learning akan berada di angka 203,3 Miliar dolar Amerika. Namun, ketidakpastian pasar E-learning setelah tahun 2025 pastinya membuat orang was-was untuk memulai bisnis E-Learning. Ada 3 jenis perilaku bisnis yang akan terjadi:
1. Aggressive
Perilaku bisnis aggressive terhadap pasar E-learning dapat menstimulasi pasar untuk berfokus pada produk E-learning. Ketika orang-orang berfokus pada pasar E-learning, memaksimalkan keuntungan dengan memanfaatkan momentum bukan sebuah dosa. Tetapi, perlu diketahui bahwa melakukan agresivitas bisnis akan memancing banyak konsumen yang agresif pula. Konsumen agresif memiliki kecenderungan untuk mudah melakukan perpindahan platform E-learning jika ekspektasi dan kebutuhan konsumen agresif tidak terpenuhi.
Contoh mudahnya pada platform E-commerce. Agresivitas marketing dari platform E-commerce dengan program promosinya, dapat menarik orang untuk berbelanja pada platform E-commerce tersebut. Namun, ketika ada platform E-commerce yang bisa memberikan penawaran yang lebih baik, konsumen agresif akan beralih platform kepada yang bisa memberikan penawaran lebih menarik.
Meskipun begitu, memaksimalkan keuntungan dengan memanfaatkan momentum bisa menjadi alternatif strategi bisnis. Yang tentu saja berlangsung hingga tren menghilang. Namun dengan satu catatan, keuntungan yang didapatkan jangan sampai merugikan konsumen atau user.
Dalam kasus pasar E-learning, ketika pemain bisnis ingin mendapatkan profit yang dengan maksimal pada momentum, 2019 - 2025 merupakan waktu yang tepat untuk ini. Apalagi dengan hadirnya Software House Profesional yang siap membangun platform E-learning. Waktu akan banyak tersimpan karena tidak direpotkan dengan proses hiring software engineering untuk membangun platform. Dengan demikian, waktu yang dihemat dapat dipakai untuk membuat strategi pasar yang berfokus pada konsumen agresif tanpa harus ketinggalan momentum.
2. Low-Risk
Pemikiran mengenai bisnis low-risk akan memiliki strategi yang berbeda dengan strategi perilaku bisnis agresif. Tentunya, fokus bisnis bukan untuk dapat mendapatkan keuntungan dari momentum, tapi lebih mengedepankan pertumbuhan bisnis jangka panjang. Slowly but sure, katanya. Untuk dapat mengukur dan membuat proyeksi bisnis jangka panjang tentu tidak mudah. Apa lagi industri E-learning masih terbilang baru. Penelitian mengenai E-learning tentu masih terbatas. Apalagi, dengan data Global Market Insight, yang hanya tersedia untuk 5 sampai 6 tahun kedepan. Bagaimana setelahnya?
Nah, pelaku bisnis yang mengutamakan growth dan kestabilan bisnis ini memerlukan kecerdikan untuk memikat pasar. Guna nya, tentu saja untuk menciptakan strategi bisnis. Misalnya saja, ternyata E-learning hanyalah tren yang akan habis “masa” nya. Tidak 100% pasar E-learning akan hilang, dan meninggalkan platform tersebut. Kemungkinan ada paling tidak 5% sampai 10% pasar yang sudah bergantung pada platform E-learning.
5% sampai 10% pasar itu lah yang akan dimaksimalkan oleh pelaku bisnis yang mengedepankan pertumbuhan jangka panjang. Maka dari itu, butuh kehati-hatian dan pertimbangan matang untuk membuat formulasi yang tepat untuk 10% pasar tersebut. Biasanya, yang mengandalkan pertumbuhan bisnis jangka panjang, mereka bermain dipasar yang “niche”. Meskipun pasarnya sedikit. Namun juga pesaing yang tidak terlalu banyak.
3. Moderate
Perilaku bisnis moderate membutuhkan responsivitas dan fleksibilitas yang tinggi. Ketidakjelasan pasar E-learning menjadi hal yang perlu dipertimbangkan. Tetapi, perilaku bisnis moderate akan memaksa untuk beradaptasi secara cepat untuk menyesuaikan pasar. Misalnya, perubahan perilaku pasar di E-commerce dalam bertransaksi. Yang semula pengguna merasa nyaman menggunakan metode transfer uang secara konvensional, perilaku bertransaksi pengguna berubah setelah munculnya e-money. Tentu pelaku bisnis E-commerce ini harus menyesuaikan platform mereka. Jika tidak, banyak pengguna yang akan beralih ke e-commerce yang memiliki fitur e-money untuk bertransaksi.
Kaitannya dengan E-learning, ilmu pengetahuan terjadi perkembangan setiap tahunnya. Mungkin awal 2000-an ilmu tentang dunia digital masih terbilang “eksklusif”. Namun, setelah internet menjadi barang murah, ilmu tentang dunia digital sudah menjadi hal biasa. Yang semula bisa menghasilkan keuntungan dari “eksklusifitas” ilmu dunia digital, kini tidak lagi. Teman-teman kelahiran tahun 9-an pasti masih ingat pelajaran TIK (Teknologi, Informasi dan Komputer) di sekolah? Apakah kira-kira pelajaran tersebut masih relevan ketika semua orang sudah bisa mengakses komputer dengan mudah dan murah? Ya kurang lebih analogi pasar E-learning seperti itu.
Untuk merespon pasar yang cenderung berubah-ubah, perilaku bisnis moderate ini memang masih mengandalkan “momentum” untuk meraup keuntungan. Meskipun demikian persiapan perubahan strategi bisnis bisa terjadi kapan saja. Tujuannya tentu saja untuk merespon perubahan perilaku pasar terhadap E-learning.
Jadi, untuk menjawab apakah E-learning hanya sekedar tren atau bertahan tergantung pada bagaimana pelaku bisnis menyikapinya. Dari tiga karakter bisnis di atas, karakter bisnis agresif melihat E-learning sebagai tren, sedangkan moderate dan low-risk melihat E-learning sebagai pasar yang akan bertahan dan menguntungkan.
Pasar Potensial Untuk Bisnis E-learning Yang Menguntungkan
Di bawah ini merupakan tiga pasar potential bisnis E-learning yang menguntungkan. Simak dan berikan pendapat kalian di kolom komentar ya!
1. Information Security Training
E-learning yang berfokus membahas tentang Information Security tentu akan menarik bagi pasar corporate. Alasannya? Tentu saja para corporate ingin agar karyawan mereka tahu hal apa saja yang boleh disebarluaskan dan hal ada yang dilarang untuk disebarluaskan. Dengan perkembangan teknologi digital yang begitu pesat. Informasi menjadi hal yang mahal dan banyak orang yang menginginkan informasi pribadi seseorang bahkan perusahaan. Apalagi kini mengakses informasi menjadi sesuatu hal yang mudah. Ibaratnya, informasi credential adalah senjata jitu untuk melucuti lawan. Maka dari itu, corporate harus memastikan informasi penting mengenai perusahaan tersebut maupun informasi mengenai stakeholder perusahaan harus dijaga. Masalahnya, masih banyak karyawan yang cenderung lalai sehingga terjadi kesalahan fatal yaitu informasi bocor.
Lalu, kalau informasi bocor memangnya kenapa?
Jika ada credential perusahaan yang bocor di internet, ini yang akan terjadi:
a. Pesaing bisnis akan memanfaatkan informasi yang bocor untuk mencari kelemahan perusahaan.
b. Ketika informasi client bocor, dan mereka menuntut dengan aturan GDPR yang dikeluarkan EU sebagai perlindungan data user, perusahaan akan dikenai denda yang tidak sedikit.
c. Informasi yang bocor di Internet akan sulit dikontrol penyebarannya.
d. Internet memberikan jejak informasi yang bocor dan mustahil untuk menghapus semua informasi bocor di internet.
e. Dan masih banyak hal merugikan yang lain.
Biasanya, pembelajaran mengenai information security ini akan menyasar bukan hanya perilaku profesionalisme karyawan saja. Tetapi juga menjamah perilaku personal dari karyawan tersebut. Maksudnya? Ketika karyawan mendalami dan mempelajari information security di platform E-learning, kesadaran karyawan terhadap informasi penting dirinya juga akan meningkat. Misalnya, semula karyawan merasa biasa saja memperlihatkan kehidupan sehari-hari mereka di social media, tetapi sedikit demi sedikit mulai menutup diri dari memberikan informasi yang tidak perlu dan cenderung membahayakan mereka.
Meskipun demikian, masih jarang perusahaan yang mampu memberikan edukasi mengenai Information Security ini. Alasannya tentu saja memakan waktu dan biaya. Dengan hadirnya platform E-learning bagi karyawan untuk mempelajari betapa berharganya informasi diri mereka serta perusahaan, tentu harus disambut dengan baik. Daripada perusahaan corporate harus menghabiskan uang untuk melakukan “recovery” informasi yang bocor, tentu lebih baik menyisihkan sedikit uang untuk mencegah informasi bocor. Salah satu cara preventif yaitu dengan mengedukasi karyawan mereka tentang information security melalui e-learning.
Dari segi bisnis sendiri, pasar yang tersedia sangatlah luas, dan pula masih jarang pemain bisnis E-learning yang fokus pada ilmu information security ini. Selama era informasi belum berakhir, maka bisnis E-learning sektor ini pun akan terus ada.
2. Big Data dan Analytics
Masih seputar manajemen informasi, selain information security, big data dan analisis menjadi skill yang banyak diminati perusahaan. Kemampuan menganalisis big data menjadi primadona karena pada era informasi, perusahaan tidak lagi membiarkan data tersimpan dengan percuma. Perusahaan menginginkan informasi sebanyak-banyak nya dari bank data yang mereka miliki. Bank data tersebut akan diolah dan dianalisis untuk menghasilkan informasi yang mudah untuk dipahami dan akan berguna bagi perusahaan.
Berikut adalah beberapa keuntungan dari big data yang perlu kalian ketahui:
a. Meningkatkan akurasi pengambilan keputusan bisnis
b. Mengetahui sentimen pasar dengan lebih presisi
c. Memantau kondisi terkini pasar
d. Memunculkan ide untuk pengembangan produk
e. Mempersingkat waktu analisis karena memiliki kecepatan pengambilan kesimpulan yang lebih baik.
Namun, tentu saja bisnis E-learning yang berfokus pada ilmu analisis dan big data harus selalu update mengenai perkembangan dunia analisis. Karena, tool-tool yang digunakan semakin hari semakin canggih. Jangan sampai, materi yang disampaikan sudah tidak reliable lagi untuk 6 sampai 12 bulan kedepan.
Meskipun demikian, tetap saja pasar big data dan analysis merupakan lahan hijau. Pasalnya, kini banyak bermunculan bisnis digital yang bergantung pada big data dan analisis. Tentu saja, hal tersebut untuk mengetahui kondisi pasar serta akurasi pembuatan fitur produk. Jangan sampai fitur yang dibuat tidak dapat memenuhi ekspektasi dan kebutuhan pengguna.
Lalu, siapa saja yang bisa ditargetkan untuk bisnis E-learning ini?
Ada dua segmen yang bisa ditargetkan sebagai pengguna / user dari platform E-learning yang berfokus pada ilmu big data dan analysis.
- Corporate
Meskipun sekarang marak bermunculan perusahaan bisnis digital. Namun, perusahaan yang sudah lama bermain di dunia bisnis dan masih awam terhadap fungsi, manfaat, serta penggunaan big data masih banyak. Nah, perusahaan-perusahaan tersebut tentu mau tidak mau dipaksa untuk mengetahui dan memperdalam big data. Itu karena lagi-lagi, keuntungan yang ditawarkan big data sangat menggiurkan bagi pelaku bisnis. Menyediakan platform E-learning bagi corporate untuk belajar menganalisis big data merupakan bisnis E-learning yang cukup potential, bukan?
- Fresh graduate atau mahasiswa
Dengan meningkatnya tren bisnis digital juga memicu peningkatan peminat untuk berkarir di perusahaan bisnis digital. Dari segi talent, untuk saat ini pelajaran di kampus dinilai tidak cukup bagi mahasiswa dan fresh graduate untuk bisa menangani big data untuk skala industri. Perlunya tangan dari pihak ketiga untuk membantu mahasiswa atau para fresh graduate untuk mendapatkan paparan di bidang big data untuk mempersiapkan mereka masuk ke skala industri. Oleh sebab itu, platform E-learning yang berfokus pada pengembangan serta paparan pada ilmu big data akan sangat bermanfaat dan juga menguntungkan.
3. Artificial Intelligence
Artificial Intelligence (AI) menjadi topik hangat yang sering diperbincangkan di bidang teknologi. Kemampuan AI dalam mempelajari kebiasaan manusia dan preferensi pengguna dengan mekanisme “machine learning” nya menjadikan AI sebagai objek yang sangat baik untuk dikembangkan.
Dari segi bisnis, pemilik platform E-learning yang berfokus pada ilmu Artificial Intelligence akan diuntungkan dengan antusiasme industri menyambut teknologi AI yang digadang-gadang sebagai teknologi masa depan. Dengan sentimen industri yang mendukung, minat terhadap ilmu Artificial Intelligence juga meningkat.
Kenapa sih Artificial Intelligence merupakan pasar yang potensial untuk bisnis E-learning?
a. Menurut IDC, pasar AI memiliki potensi peningkatan 37% per tahun dari 2017 hingga 2022.
b. Dengan peningkatan pasar, tentu adanya peningkatan kebutuhan talent di bidang AI
c. AI akan merubah cara kerja E-learning yang akan membuat platform E-learning ilmu AI berada satu langkah di depan dibandingkan platform E-learning lain.
Dari ketiga alasan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa bisnis E-learning ilmu AI selain akan menguntungkan dari segi bisnis, juga dapat membuat bisnis E-learning adaptif dengan teknologi AI terbaru. Jadi, apakah kalian tertarik untuk membuat platform dan memulai bisnis E-learning di bidang AI?
Pihak Yang Terlibat Dalam Bisnis E-learning
Ada 3 pihak yang akan terlibat dalam bisnis E-Learning:
- Penyedia Platform E-Learning
- E-Learning Guru
- Pengguna / User E-Learning
1. Penyedia Platform E-Learning
Insourcing / outsourcing? Pembangunan platform E-Learning dapat dilakukan dengan dua metode. Yang pertama yaitu insourcing. Pembangunan platform E-learning dilakukan sepenuhnya oleh pihak internal perusahaan E-learning. Sedangkan, outsourcing adalah metode afiliasi dimana menyerahkan pengembangkan platform E-learning kepada perusahaan Software House.
Biasanya, pelaku bisnis E-learning akan mengkombinasikan antara metode insourcing dan outsourcing. Kenapa bisa begitu? Ada beberapa kelemahan dan kelebihan dari insourcing maupun outsourcing. Oleh sebab itu, tak jarang perusahaan bisnis E-learning yang berafiliasi dengan Software House untuk pengembangan platform E-learning mereka. Sehingga, perusahaan dapat fokus pada inovasi teknologi yang dilakukan secara insourcing dan mematangkan strategi bisnis mereka. Dan menyerahkan pengembangan platform E-learning pada perusahaan Software House.
Meskipun demikian, tidak jarang penyedia platform E-learning justru mengandalkan Software House untuk membangun platform dari 0. Alasannya tentu saja perihal efisiensi. Bayangkan jika kalian baru ingin merintis bisnis E-learning. Melakukan proses recruitment & selection hanya untuk membangun platform E-learning itu memakan banyak waktu. Biasanya, pelaku bisnis E-learning baru melakukan proses hiring ketika platform E-learning dari perusahaan Software House sudah terbentuk. Sehingga, bisnis bisa segera berjalan setelah platform E-learning berhasil dibangun tanpa harus memikirkan biaya operasional bulanan. Biaya operasional bulanan untuk membangun platform yang layak dengan metode insourcing itu tidak sedikit. Gaji developer, dan biaya fix cost seperti listrik, internet, air atau biaya sewa ruang kerja yang proper hanyalah sedikit gambaran pengeluaran operasional
Lalu apakah melakukan metode outsourcing adalah yang terbaik?
Simak penjelasan mengenai keuntungan dan kelemahan dari insourcing dan outsourcing. Kemudian, pilih mana yang cocok dengan kebutuhan bisnis E-learning kalian.
2. E-learning gurus
Talent / guru yang akan membagikan ilmu mereka melalui platform E-learning ini memiliki peran penting. Kredibilitas talent / guru serta citra yang dibangun akan meningkatkan kepercayaan pengguna terhadap platform e-learning. Menariknya, menjadi talent / guru di platform e-learning tidak kalah menjanjikan dan termasuk ke dalam bisnis online yang menguntungkan di tahun 2019 - 2020.
Tantangan bagi pelaku bisnis E-learning yaitu bagaimana mereka dapat mendapatkan talent / guru terbaik dibidangnya untuk bergabung pada platform E-learning.
3. Pengguna / User E-learning
Nah, ini akan menjadi bagian yang menarik. Sebelum membuat platform, pelaku bisnis E-learning harus mengetahui pasar yang ingin mereka bidik. Nantinya, orang-orang di pasar ini lah yang akan menjadi pengguna / user serta mendatangkan keuntungan bagi bisnis E-learning tersebut. Masalahnya, mencari pasar yang terbaik bukanlah suatu hal yang mudah. Jika salah sasaran, bukan profit yang didapat. Simak tips dan trik mencari pasar yang tepat untuk bisnis E-learning:
a. Pilihlah ilmu yang kalian kuasai secara menyeluruh atau pilihlah rekomendasi ilmu potensial di artikel ini.
b. Pilihlah pasar yang ingin di bidik. Misalnya mahasiswa, professional, corporate, dll.
c. Bagi pasar dalam beberapa segmen. Misalnya professional (entry-level, mid-level, top-level).
d. Buat daftar karakteristik dari masing-masing segmen pasar.
e. Segmen pasar harus niche, jelas, dan terukur. Misalnya mahasiswa tahun akhir jurusan teknik informatika di Indonesia.
Dari beberapa tips dan trik di atas akan memudahkan kalian dalam menentukan fitur apa saja yang akan ditawarkan oleh platform E-learning. Tidak lucu apabila theme dan fitur yang ditawarkan platform E-learning tidak sesuai dengan preferensi dan karakteristik segmen pasar. Misalnya, bisnis E-learning yang menyasar pasar corporate, akan menggunakan theme yang colorful, banyak grafis bertema anak-anak, dan hewan-hewan yang menarik. Tidak jelek, hanya saja kurang sesuai dengan segmen pasar. Jadi, sudah tau segmen pasar apa yang ingin kalian bidik? Ayo bangun platform dan mulai bisnis E-learning mu bersama SoftwareSeni!
Kesimpulan
Bisnis E-learning merupakan salah satu bisnis online potensial di tahun 2019 - 2025. Tetapi, apakah bisnis E-learning akan bertahan lebih lama dari pada itu? Bisa ya, bisa tidak. Tergantung dari strategi dari pelaku bisnis E-learning. Ada tiga perilaku bisnis yang bisa menggambarkan apakah bisnis E-learning dapat bertahan lama atau tidak. Pertama adalah perilaku agresif. Kemudian ada perilaku low-risk. Dan yang terakhir adalah perilaku moderate. Tentunya, masing-masing perilaku bisnis memiliki kelemahan dan keuntungan. Sesuaikan dengan kondisi psikologis dan mental serta kebutuhan kalian ya!
Lalu ada tiga ilmu yang cukup menarik dan potensial untuk bisnis E-learning. Information security training, big data dan analysis, serta artificial intelligence menjadi pasar yang potensial bagi bisnis E-learning. Itu karena terjadi peningkatan minat terhadap tiga bidang tersebut. Selain itu, ketahuilah bahwa ada beberapa pihak yang akan terlibat dalam bisnis E-learning. Penyedia platform E-learning menjadi yang pertama. Kemudian talent / guru e-learning yang berkualitas serta memiliki citra baik turut membantu untuk meningkatkan kepercayaan pengguna pada platform E-learning tersebut. Dan yang terakhir adalah pengguna / user platform E-learning. Mereka ini lah yang akan memberikan keuntungan bagi bisnis E-learning.
Sudah memiliki ide untuk memulai bisnis E-learning? Belum tahu harus mulai dari mana? Biarkan Software House yang membangun platform E-learning, dan fokuslah pada strategi bisnis yang menguntungkan.