Bagi Anda yang tertarik menekuni pengembangan website, istilah frontend developer dan backend developer mestinya tidak asing lagi. Kedua lingkup tersebut memiliki spesifikasi yang menuntut keterampilan berbeda, kendati proses kerjanya saling berkorelasi satu sama lain.
Jika backend developer mengelola server, aplikasi, dan database, maka frontend developer bertugas membangun dan mengembangkan tampilan depan website. Tampilan yang dimaksud mencakup warna, teks, gambar, serta menu interaksi antara website dengan pengguna. Tepatnya, penanggung jawab frontend mengaplikasikan interface dan experience dari UI/UX Designer.
Apakah Anda berminat mendalami website development bagian frontend? Bila iya, mulailah dengan memahami tugas utama serta asah sepuluh keterampilan di bidang pemrograman.
Tugas Frontend Developer
Tugas utama website developer satu ini adalah menampilkan website yang dapat dilihat dan diakses dengan baik. Visual menarik dan integrasi komponen lainnya akan menciptakan pengalaman terbaik bagi pengguna.
Frontend developer bekerja setelah mendapat desain dari UI Designer. Desain tersebut diterapkan ke dalam situs web lewat bahasa pemrograman HTML, CSS, dan Javascript. Selanjutnya, penanggung jawab frontend akan mengintegrasikan komponen dengan data-data yang disediakan oleh backend developer.
Seorang frontend developer sebenarnya tidak pasif dalam hal pembuatan desain. Ia turut membantu mengembangkan mockup bersama desainer. Bahkan, jika sudah berpengalaman, ia mampu mengidentifikasi masalah yang mengganggu user experience serta memberikan saran perbaikan.
Sementara itu, hubungan antara frontend dan backend berkaitan dengan pengiriman dan penerimaan data. Misalnya, saat pengguna mencoba login, frontend akan mengirimkan rekaman surel dan password pada backend. Website developer tersebut akan mencocokkan rekamannya di database, kemudian mengirimkan hasilnya kembali.
10 Keterampilan yang Harus Dikuasai Frontend Developer
Mau fokus mempelajari frontend, tetapi bingung mulai dari mana? Pada dasarnya, untuk membuat website, Anda hanya perlu mengaplikasikan HTML, CSS, dan Javascript. Seiring pertumbuhan dunia digital, frontend juga mengalami perkembangan sehingga membutuhkan lebih banyak keterampilan di bidang pemrograman.
Kini, profesional di bagian frontend harus menguasai minimal sepuluh keterampilan di bawah ini.
1. HTML/CSS
HyperText Markup Language (HTML) merupakan bahasa markah standar yang digunakan untuk merancang kerangka halaman website. Markah tersebut berisi instruksi yang disusun dengan format khusus guna membentuk tampilan konten. Penyusunan atau penulisan kode HTML membutuhkan media berupa software code editor, seperti Notepad, Notepad++, Atom, Sublime Text, dan masih banyak lagi.
HTML berfungsi layaknya fondasi bagi halaman website. Akan tetapi, ia tidak bisa berdiri sendiri, melainkan dikombinasikan dengan Cascading Style Sheets (CSS). Desain layout yang atraktif, jenis huruf dan warnanya yang menarik, baris antarparagraf, visual latar belakang, merupakan hasil kerja dari CSS. Sederhananya, CSS akan merapikan dan memperindah elemen HTML yang telah dibuat.
Tanpa peran HTML/CSS, website development tidak akan berjalan sebagaimana mestinya. Karena itulah, penguasaan kedua bahasa markah tersebut amat diprioritaskan.
2. Javascript/JQuery
Anda bisa membuat website sederhana hanya dengan berbekal HTML/CSS. Namun, tampilannya akan cenderung membosankan. Di sinilah kegunaan dari Javascript, yakni menghadirkan berbagai elemen interaktif.
Dengan memanfaatkan Javascript, frontend developer dapat menyematkan efek khusus pada halaman website, seperti roll out dan rollover. Tidak hanya itu, Javascript juga mendukung penambahan fitur multimedia, mulai dari audio, video, animasi 2D dan 3D, hingga gim.
Bahasa pemograman besutan Netscape ini bekerja dari sisi klien. Artinya, skrip diunduh di perangkat milik pengguna, kemudian diproses di situ. Hal tersebut berbeda dengan sisi server yang memprosesnya terlebih dahulu sebelum mengirimkannya ke pengguna.
Jangan lupakan JQuery jika ingin mempermudah sistem kerja Javascript. Jquery adalah library Javascript yang membantu mengelola interaksi dengan HTML yang diproses di sisi klien. Baik perubahan dokumen, event handling, animasi, maupun AJAX akan menjadi lebih sederhana.
Fitur-fitur JQuery cukup lengkap dan bisa diandalkan. Selain manipulasi HTML/DOM dan manipulasi CSS, terdapat pula HTML Event Methods, efek dan animasi, AJAX, CSS3 Compliant, serta Cross-Browser.
3. Framework CSS dan Javascript
Jika ingin memaksimalkan penggunaan CSS dan Javascript, Anda perlu menggunakan ekstensi tambahan, yakni framework. Pengertian dari framework adalah kerangka program yang membantu mengembangkan kode secara terstruktur dan konsisten.
Adapun framework CSS dan Javascript berupa koleksi file CSS atau Javascript yang memudahkan Anda dalam menyelesaikan tugas tertentu lewat pembagian common functionality. Kerangka tersebut akan meringkas penulisan beberapa baris kode menjadi satu baris saja.
Anda dapat menggunakan beberapa framework sekaligus dalam waktu bersamaan. Misalnya, mengombinasikan Bootstrap dengan Angular JS. Konten diatur oleh Angular, sedangkan tampilan ditangani oleh Angular JS.
Tentunya, tiap framework memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri. Sebagian kerangka Javascript lebih andal dalam hal interface yang kompleks, sedangkan kerangka Javascript lainnya lebih cocok digunakan untuk membuat website yang minimalis.
Berhubung frontend developer akan selalu bergelut dengan CSS dan Javascript, maka penguasaan terhadap framework sangat penting. Pastikan memilih framework yang memang sesuai dengan kebutuhan dan jenis website.
4. Preprocessor CSS
CSS memang merupakan faktor dasar dari pengembangan website, tetapi pengaplikasiannya masih memiliki keterbatasan. CSS tidak mampu mendefinisikan variabel, fungsi, ataupun operasi aritmetika. Kelemahan tersebut akan menyulitkan Anda ketika menangani proyek berskala besar. Akibatnya, Anda akan menghabiskan lebih banyak waktu saat menyusun barisan kode.
Solusinya adalah menggunakan Preprocessor CSS. Sebagaimana halnya framework CSS dan Javascript, Preprocessor CSS merupakan perangkat yang berfungsi memudahkan pekerjaan pengembang website.
Ada tiga produk Preprocessor CSS yang terkenal, yakni SASS, LESS, dan Stylus. Namun, ketiganya sebenarnya memiliki fitur yang serupa, antara lain:
- Variable
Variable dapat membantu Anda mendefinisikan warna dasar serta menerapkannya di semua file CSS. Fitur utama ini juga berperan penting untuk mengatur width, font size, font-family, border, dan masih banyak lagi.
- Nesting
CSS murni tidak mempunyai hierarki visual ketika bekerja bersama child selector. Hal itu menyebabkan penulisan selector dan kombinasinya dilakukan di baris terpisah. Sebaliknya, fitur Nesting di Preprocessor CSS memberikan hierarki visual layaknya HTML sehingga meningkatkan keterbacaan.
- Mixins
Dengan menggunakan Mixins, Anda cukup menyusun satu fungsi untuk dipakai di tempat lain. Anda pun tidak perlu berulang kali mengetikkan fungsi yang sama.
- Extends
Fitur satu ini dirancang untuk membagi definisi generik dengan selector. Daripada menyalin atau mengetikkan hal yang sama, Extends membuat proses kerja lebih sederhana.
- Color Operations
Color Operations akan memudahkan Anda dalam “memainkan” warna. Anda bisa mencampur beberapa warna atau sekadar meringankan warna dasar.
- If/Else Statements
Fitur ini memberikan instruksi yang membangun definisi gaya, sesuai dengan variabelnya.
- Loops
Salah satu kegunaan Loops adalah menciptakan beragam gaya seperti yang ada pada lebar grid.
- Math
Seperti namanya, fitur ini menjalankan operasi matematika dasar yang berguna untuk konversi aritmetika.
- Imports
Anda bisa mengelompokkan kode yang sama di folder serupa, lalu mengimpornya ke file CSS utama.
5. Version Control System
Keterampilan selanjutnya tidak berkaitan dengan HTML, CSS, Javascript, dan segala perangkat pendukungnya. Ialah Version Control System (VCS), inftrastruktur yang mengontrol perubahan kode sehingga meningkatkan transparansi dan menyelamatkan dari risiko kehilangan.
VCS akan mencatat setiap perubahan yang terjadi pada satu atau kumpulan file. Lewat rekam jejak tersebut, Anda bisa mengetahui siapa saja yang baru mengubah objek tertentu. Jika melakukan kesalahan saat merancang file, Anda masih bisa kembali ke versi awal dan menemukan letak kekeliruannya. Bahkan, apabila file bersangkutan hilang, Anda dapat dengan mudah mengembalikannya.
Ada banyak produk VCS yang dikembangkan; salah satunya adalah Git. VCS satu ini memiliki beragam keunggulan, antara lain cheap local branching, repository syncing, akses offline, staging area, mendukung nonlinear development, dan masih banyak lagi.
6. Desain Web Responsif
Untuk menjadi frontend developer, Anda harus memahami cara membuat desain web yang responsif. Artinya, website dirancang untuk beradaptasi di berbagai platform, mulai dari ponsel pintar, komputer, sampai layar televisi. Tata letak dan resolusi akan menyesuaikan dengan perangkat yang mengaksesnya, tanpa mengurangi fungsionalitas.
Tujuan desain web responsif adalah menciptakan pengalaman berselancar yang nyaman bagi pengguna, mengingat kebanyakan orang justru mengakses internet dengan ponsel pintar. Pengalaman pengguna yang baik memengaruhi peningkatan konversi, begitu pula sebaliknya.
Lalu, bagaimana caranya merealisasikan desain responsif? Jawabannya berhubungan dengan keterampilan menggunakan HTML, CSS, dan framework CSS. Anda perlu mendefinisikan meta tag serta menyusun struktur HTML.
Langkah penting lainnya adalah membuat MediaQuery. Dengan sistem tersebut, website bisa meminta informasi dasar pada perangkat bersangkutan, seperti ukuran layar, format, resolusi, bahasa, dan lain-lain.
7. Testing/Debugging
Pengembangan website tidak lepas dari testing atau pengujian. Testing bertujuan mengidentifikasi apa saja masalah yang terjadi pada sistem sehingga menyebabkan error. Umumnya, tester yang akan melakukan proses testing. Namun, seorang frontend developer juga disarankan untuk melatih kemampuan menemukan bug dan menyelesaikan debugging.
Pengujian website bisa dilakukan dengan beberapa metode di bawah ini:
- Functional Testing/Completeness Testing
Konsep metode ini adalah mengecek fungsionalitas dari bagian-bagian tertentu. Apakah fungsi-fungsi tersebut mampu bekerja dengan baik. Selama proses pengujian fungsional berlangsung, tester akan membuat daftar fungsional tambahan yang dapat dikembangkan.
- Unit Testing
Metode berikutnya bertujuan menguji unit terkecil dalam sebuah kode, tepatnya unit-unit yang hanya bekerja untuk satu operasi.
- Hardware/Software Testing
Pengujian berfokus pada interaksi antara perangkat keras dan perangkat lunak selama sistem beroperasi.
- Regression Testing
Dengan melakukan regression testing, penguji dapat mengetahui apakah perubahan sistem menimbulkan bug baru.
- Recovery Testing
Metode ini bertujuan memastikan performa website berjalan dengan baik serta mampu mengatasi crash.
Untuk mempermudah dan mempercepat proses pengujian, Anda bisa mengandalkan program seperti Mocha dan Jasmine.
8. Browser Developer Tools
Akses website tidak bisa dipisahkan dari browser atau peramban. Tampilan website tergantung dari cara browser menerjemahkan kode. Mestinya, website terlihat rapi dan berfungsi dengan baik.
Untuk meminimalisasi munculnya masalah saat browser menampilkan website, Anda perlu menggunakan Browser Developer Tools. Perangkat pengembang tersebut akan membantu Anda menguji serta merapikan website di dalam peramban.
Keberadaan developer tool juga membuat langkah debugging menjadi lebih praktis. Anda tidak perlu lagi menggunakan alert() demi mengamati proses yang berlangsung di Javascript. Cukup manfaatkan console.log(), lalu cek proses yang terjadi di perangkat pengembang.
Setiap developer tool memiliki sistematika berbeda, tergantung browser. Namun, terdapat fitur-fitur umum yang jamak ditemukan, seperti Javascript profiler, console, inspect element, network monitor, resource monitor, dan style editor.
9. Optimalisasi Performa Website
Performa website berhubungan dengan kecepatan memuat data alias loading. Halaman yang dapat dimuat dalam waktu lima detik sebenarnya sudah dikategorikan cepat. Namun, tiap satu detik saja bisa memberikan perbedaan signifikan bagi peluang konversi.
Faktanya, website yang memiliki waktu loading lebih dari tiga detik, cenderung ditinggalkan oleh pengunjung. Inilah mengapa optimalisasi performa website sangat penting dilakukan.
Salah satu cara untuk mengoptimalkan performa situs web adalah minify - meminimalkan barisan kode HTML, CSS, dan Javascript. Semua spasi, komentar, dan variabel pada kode harus dihilangkan tanpa mengganggu fungsinya. Hasilnya memang tidak rapi seperti sebelumnya, tetapi mampu meningkatkan efektivitas dari segi kecepatan, ukuran halaman, serta jumlah request.
Selain menggunakan cara manual, Anda juga bisa melakukan proses minify dengan bantuan program otomatisasi seperti Grunt dan Gulp.
10. Command Line Interface
Kebanyakan frontend developer menggunakan sistem komputasi berbasis Graphical User Interface (GUI). Antarmuka program yang berupa grafis tersebut memang lebih menarik. Pun lebih mudah digunakan. Namun, bukan berarti keterampilan menjalankan Command Line Interface (CLI) tidak dibutuhkan lagi.
Penanggung jawab frontend tetap harus mahir menggunakan CLI yang lekat dengan barisan kode dan latar belakang gelap. Pasalnya, ada tugas-tugas vital yang membutuhkan peran CLI. Fungsionalitasnya juga masih lebih baik dibanding GUI.
Dari segi sumber daya, program berbasis teks tergolong ringan. Instalasi CLI pun tidak harus dilakukan di komputer yang mengusung spesifikasi tinggi. Selain itu, task serupa bisa dijalankan dengan sumber daya minimum.
Saat menyelesaikan tugas yang bersifat repetitif, Anda juga dapat mengandalkan CLI. Walaupun harus menangani ratusan file dalam satu folder, Anda cukup menggunakan satu perintah untuk mengotomatisasi pengulangan.
8 Tools Frontend Developer Terbaik
Berbagai perusahaan maupun komunitas open-source makin giat mengembangkan tool atau perangkat khusus yang memudahkan pekerjaan frontend. Entah itu berupa library, aplikasi, atau rancangan yang berguna meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengembangan website.
Lalu, apa saja perangkat yang mampu mendukung produktivitas frontend developer?
- Visual Studio Code
Dirancang oleh Microsoft, Visual Studio Code merupakan text editor lintas platform yang mendukung berbagai bahasa pemrograman, seperti Javascript, Typescript, serta Node.js. Anda dapat mengunduh dan mengoperasikannya di Windows, Linux, dan MacOs.
Visual Studio Code memiliki banyak fitur menarik, seperti Git Integration, Debugging, Intellisense, serta Ekstensi. Fitur akan terus diperbarui mengikuti peningkatan versi aplikasi.
Salah satu keunggulan tool satu ini adalah fleksibilitasnya. Anda dapat menambahkan ekstensi relatif ke tema ataupun bahasa baru dengan mudah.
- Sublime Text
Sublime Text adalah text editor yang mendukung beberapa bahasa pemograman, seperti C++, C#, C, CSS, ASP, dan HTML. Berkapasitas ringan, aplikasi ini memiliki sejumlah fitur pilihan, antara lain Multiple Selection, Go to Line, Find in Project, Package Control and Themes, serta Emmet.
Sublime Text hadir dengan bermacam keunggulan yang menarik minat para programmer. Salah satunya adalah kemampuannya memindahkan baris syntax dengan cepat, tanpa proses copy-paste terlebih dahulu. Aplikasi ini juga mempermudah pembuatan struktur dan elemen HTML/PHP; cukup tekan CTRL+spasi.
- Atom
Satu lagi text editor yang layak Anda andalkan, yaitu Atom. Platform yang bersifat open-source ini bisa digunakan di perangkat macOS, Linux, serta Microsoft Window. Tanpa perlu membayar lisensi, Anda bisa memanfaatkan beragam keunggulannya.
Atom memungkinkan frontend developer untuk terkoneksi dengan proyek yang tersimpan di GitHub—tentunya Anda harus menginstal git svn terlebih dahulu. Selain itu, Atom juga mempermudah instalasi packages yang Anda butuhkan guna menunjang performa dalam menyusun kode.
Pilihan visual cukup fleksibel. Anda bisa mengusir rasa jenuh saat melihat barisan kode dengan memilih satu dari sekian banyak tema.
- GitHub
Website development tidak asing lagi dengan eksistensi GitHub. Platform ini terdiri dari dua sistem utama, yakni Git dan Hub.
Pernah disinggung sebelumnya, Git merupakan Version Control System yang mencatat setiap perubahan pada baris kode. Riwayat modifikasi dapat terlacak dengan mudah. Berhubung salinan kode disimpan di repository, maka tidak ada satu pun yang saling menimpa.
Sementara itu, fungsi hub berkaitan dengan eksistensi GitHub sebagai jaringan media sosial terbesar bagi para pengembang website.
- Angular
Angular adalah framework besutan Google yang memiliki reputasi gemilang. Selain gratis, perangkat ini bersifat open-source sehingga bisa digunakan dan dikembangkan oleh siapa saja. Angular mengusung bahasa Typescript, yakni bahasa utama web development yang merupakan hasil pengembangan Javascript.
Framework lintas platform ini kerap dimanfaatkan untuk merancang single page application (SPA). Artinya, komponen yang ada dalam website akan dimuat dalam peramban terlebih dahulu. Page load pun tidak perlu dilakukan ketika membuka halaman baru.
Sebagai framework yang paling populer dalam pengembangan website, Angular memiliki beberapa fitur unggulan. Mulai dari Modularitas yang menghadirkan konsep penggunaan komponen kembali tanpa perlu menyusun coding dari awal, hingga Object Oriented Programming yang mempermudah pengembangan kode.
Singkatnya, Angular terkenal akan kecepatan dan kinerjanya.
- Node Package Manager
Node Package Manager (NPM) merupakan Command Line yang digunakan para pengembang untuk kepentingan instalasi dan penerbitan packages yang sudah dikemas. Pada dasarnya, NPM dirancang untuk membuat Node Js bekerja dengan baik.
Pastikan Node.js dan NPM sudah terinstal sepenuhnya. Untuk mengeceknya, Anda bisa membuka Terminal atau Command Line, lalu ketik “node-v”.
- Am I Responsive?
Anda tentu perlu menguji visibilitas website di berbagai ukuran layar. Seberapa responsif ritme kerjanya?
Untuk memudahkan pengujian, manfaatkan saja Am I Responsive. Anda hanya perlu menginput URL ke dalam kolom platform; sistem akan menyampaikan hasilnya dengan cepat dan akurat. Kabar baiknya, Am I Responsive bisa diakses secara gratis.
- Chrome DevTools
Seperti namanya, web developer tools satu ini tertanam di browser Chrome. Dengan mengandalkan Chrome DevTools, Anda bisa mendiagnosis masalah yang terjadi pada website dengan cepat, serta membangun website yang lebih rapi dan berfungsi dengan baik.
Salah satu fitur penting yang wajib Anda tahu adalah Device Mode. Fitur tersebut akan menguji seberapa responsif website yang Anda kembangkan dan bagaimana performanya di perangkat mobile.
Berikutnya adalah Elements. Menu yang bisa diakses langsung dengan menekan F12 ini memfasilitasi pengecekan dan pengeditan kode HTML dan CSS.
Ada pula Console yang memungkinkan pengembang untuk menjalankan instruksi Javascript, atau mengecek kode Javascript di halaman aktif.
Jika ingin melihat informasi dasar, seperti ukuran file, status yang diterima HTTP, format file, dan tempo waktu, Anda bisa memanfaatkan fitur Network.
Kesimpulan
Jadi, apa langkah awal yang harus Anda lakukan untuk menjadi profesional di bagian frontend?
Kuncinya adalah mengasah kemampuan dalam menjalankan fungsi HTML, CSS, dan Javascript terlebih dahulu. Selanjutnya, Anda bisa mulai mendalami keterampilan lainnya yang sedikit-banyaknya masih beririsan dengan tiga keterampilan utama.
Kualifikasi yang dibutuhkan oleh frontend developer akan senantiasa berkembang mengikuti kemajuan teknologi website. Terus belajar dan persiapkan diri Anda menghadapi tantangan ke depan!