Saat ini, peran UI/UX designer sudah dianggap sebagai bagian penting dari proses mobile app development. Jika ditelaah, kepuasan konsumen terhadap penggunaan sebuah aplikasi pada dasarnya berkaitan erat dengan kualitas pengalaman pengguna dan tampilan antarmukanya.
Semua orang ingin menikmati kemajuan teknologi yang ada saat ini tanpa memusingkan hal-hal teknis yang membuat hal tersebut dapat terwujud. Inilah penyebab utama optimalisasi UI/UX sangat penting bagi penggiat bisnis digital. Secara sederhana, makin keras pengguna berpikir saat memakai sebuah aplikasi, makin besar kemungkinan mereka akan beralih ke aplikasi serupa dengan fungsi yang lebih sederhana.
Sayangnya, proses pembuatan UI/UX ideal untuk sebuah aplikasi tidak semudah yang dibayangkan. Pengembang perlu melakukan riset mendalam untuk mengoptimalkan pengalaman pengguna sekaligus membuat tampilan antarmuka yang menarik. Karena itulah, peran seorang UI/UX designer sangat vital bagi kesuksesan sebuah aplikasi di pasaran.
Jika tidak ingin repot, Anda bisa saja menggunakan jasa software house tepercaya seperti SoftwareSeni yang menyediakan layanan one-stop IT solution. Masalah software development, website development, dan mobile app development bisa diatasi dengan bantuan para IT consultant andal beserta tim mumpuni.
Namun, jika Anda ingin menambah wawasan atau sekadar penasaran dengan peran seorang desainer UI/UX dalam pengembangan aplikasi, tidak ada salahnya untuk membaca artikel ini sampai selesai.
Sekilas tentang UI/UX
UI dan UX merupakan satu bagian yang tak terpisahkan meskipun keduanya memiliki aspek yang cukup berbeda, baik dalam tahap perencanaan, pembuatan, dan pengembangan. UI/UX adalah dua faktor yang memberi implikasi langsung terhadap pengalaman pengguna saat mengoperasikan produk-produk digital.
UI (user interface) berkaitan dengan interaksi antara user dengan komputer, atau manusia dengan mesin. Secara sederhana, UI adalah hal-hal yang berhubungan dengan tampilan aplikasi dan kemudahan penggunaannya. Tampilan antarmuka tersebut mencakup tombol, halaman, gambar, serta elemen visual lainnya yang dapat dilihat dengan mata telanjang saat mengeksplorasi fungsi aplikasi.
Sementara itu, UX (user experience) berkaitan dengan pengalaman interaksi antara pengguna dan aplikasi. Tujuan pengembangannya adalah untuk memaksimalkan pengalaman user saat memanfaatkan beragam fungsi yang ada dalam aplikasi. Dengan kata lain, UX bertujuan untuk memudahkan pengguna mendapat apa yang mereka kehendaki saat mengoperasikan sebuah aplikasi.
Untuk menambah pemahaman Anda, berikut adalah beberapa perbedaan kunci dari UI dan UX:
- UI adalah praktik digital murni—melibatkan kombinasi dari seluruh elemen visual dan interaktif pada pengembangan aplikasi, seperti pembuatan tombol dan ikon, pemilihan skema warna, dan penggunaan desain responsif. Sementara itu, UX fokus pada kualitas interaksi antara pengguna dan aplikasi. Hal ini termasuk kecepatan, akurasi, dan relevansi dari konten yang hendak diakses atau digunakan oleh user.
- UI dikembangkan melalui aset visual untuk menampilkan desain yang konsisten, kohesif, dan estetis. Sementara itu, UX bersifat abstrak dan teoritis, serta termasuk ke dalam praktik pemusatan dan pengorganisasian ide (nondigital/tidak memiliki pola baku) dalam cakupan industri digital.
- UI fokus pada hal visual untuk memudahkan pengguna mengoperasikan fungsi-fungsi di dalam aplikasi tanpa perlu berpikir terlalu keras. Di sisi lain, UX tidak fokus pada hal-hal visual, tetapi fokus pada “sensasi” atau “perasaan” pengguna saat mengoperasikan sebuah produk digital.
Dalam praktiknya, desain UX biasanya menjadi prioritas pertama selama masa pengembangan produk sebelum melangkah ke ranah UI. Desainer UX akan memetakan garis besar pengoperasian aplikasi oleh pengguna. Setelah selesai, desainer UI akan memakai peta tersebut untuk merancang dan membuat elemen visual sekaligus elemen interaktif yang sesuai.
5 Urgensi UI/UX dalam Pengembangan Bisnis
Berbicara tentang UI/UX tidak akan lepas dari efeknya terhadap bisnis. Pada dasarnya, UI/UX dapat dikategorikan sebagai bagian dari content marketing. Dengan kata lain, tujuan utama kedua aspek tersebut adalah untuk mencari pelanggan dan meraup profit sebanyak-banyaknya.
Untuk mengetahui sejauh apa urgensi optimalisasi UI/UX di dunia bisnis digital, berikut adalah beberapa pengaruh utama dari kedua rangkaian sistem tersebut terhadap bisnis Anda:
1. Pengembangan Brand
Brand building alias pengembangan reputasi merek adalah aspek yang sangat vital dalam menjaring konsumen. Saat konsumen atau pengguna merasa puas dengan produk yang dipakai, mereka akan berubah menjadi konsumen loyal yang enggan berpaling sehingga bisnis Anda mampu memperoleh keuntungan yang berkesinambungan (sustainable).
Dalam dunia bisnis digital, kepuasan konsumen tidak lain diperoleh dari pengalaman penggunaan melalui UI/UX sebuah produk. Makin mudah aplikasi Anda dipakai oleh pengguna, makin besar kemungkinan mereka untuk memakainya kembali.
Jika jumlah pengguna aplikasi sudah bertambah cukup banyak, ikon, logo, atau slogan khas brand Anda di dalam aplikasi akan makin populer. Hal ini akan meningkatkan brand awareness dan membuat produk Anda lebih dikenal secara luas.
2. Retensi Pengguna
Retensi pengguna adalah kemampuan sebuah bisnis mempertahankan pelanggan atau pengguna yang pernah melakukan transaksi atau memakai produknya. Secara logika, bisnis Anda tidak akan berkembang apabila jumlah pengguna atau pelanggan makin sedikit dari tahun ke tahun; faktanya, mempertahankan pelanggan lama terkadang jauh lebih sulit daripada mencari pelanggan baru.
Mengoptimalkan retensi pengguna tidak cukup dengan menawarkan diskon, promo khusus, atau hal lain yang bersifat reward-giving. Pengembang harus bisa memberikan pengalaman pengguna yang konsisten dengan cara menampung feedback dan keluhan dari pelanggan, lalu melakukan perubahan yang dapat mengakomodasi masalah tersebut.
Konsistensi UI/UX adalah aspek vital dalam mempertahankan user lama. Sudah ada banyak aplikasi dan situs web yang meredup akibat gagal memberikan pengalaman pengguna yang memuaskan bagi para user lama, contohnya seperti Kaskus dan Yahoo Answers.
3. Menaikkan Traffic
Tidak semua aplikasi dibuat untuk memberikan jasa atau menjual produk kepada penggunanya. Ada banyak aplikasi yang hanya mengandalkan iklan sebagai pemasukan utama. Untuk meraih profit, aplikasi tersebut hanya mengandalkan traffic dari para pengguna.
Sehubungan dengan hal ini, peran UI/UX terhadap peningkatan traffic pengguna bagaikan api dan asap, tidak terpisahkan. Besarnya traffic juga berhubungan langsung dengan peningkatan angka retensi pengguna. Di tengah ketatnya persaingan untuk meraih traffic, Anda harus memastikan setiap user yang mampir mendapatkan pengalaman terbaik saat mengoperasikan aplikasi. Dengan demikian, peluang Anda menjaring pengguna baru akan makin besar.
Sebagai gambaran, saat ini sekitar 61,4% populasi dunia sudah menjadi bagian dari traffic internet secara global. Ini berarti ada lebih dari 4,7 miliar orang yang menjadi user aktif setiap harinya. Apabila satu orang memakai lima aplikasi dalam sehari, itu berarti ada 23,5 miliar traffic di internet per hari!
4. Menghemat Waktu dan Tenaga
Pengembangan desain UI/UX yang baik dapat menjadi investasi jangka panjang yang baik bagi pengembang dan pemilik bisnis. Ketika tampilan antarmuka bersih dari bug dan nyaman dipakai, Anda tidak perlu repot melakukan pembaruan secara terus menerus sehingga dapat menghemat banyak biaya dan tenaga.
Namun, untuk mewujudkan hal tersebut, Anda juga harus mempertimbangkan faktor eksternal yang dapat memengaruhi keseluruhan pengalaman pengguna, misalnya server atau hosting yang dipakai. UI dan UX yang bagus akan tampak percuma apabila aplikasi sering error atau mengalami server issue saat hendak diakses.
5. Meningkatkan Konversi Pengguna
Tingkat konversi alias conversion rate adalah jumlah pengunjung sebuah aplikasi atau situs web yang melakukan transaksi atau beralih menjadi pengguna berbayar. Jika Anda mengembangkan aplikasi gratis yang mengandalkan konversi traffic untuk memperoleh traffic, optimalisasi UI/UX wajib menjadi prioritas utama.
Produk atau jasa yang Anda tawarkan mungkin saja tidak jauh berbeda dari segi kualitas dengan produk atau jasa besutan kompetitor. Oleh sebab itu, hal yang bisa menjadi faktor pembeda biasanya adalah pengalaman pengguna itu sendiri, baik saat mengoperasikan aplikasi atau membuat pesanan.
Sebagai contoh, anggaplah Anda adalah seorang pengusaha bisnis travel antarkota yang ingin membuat aplikasi mobile agar pelanggan dapat memesan tiket secara daring. Sekalipun layanan travel sejenis sudah banyak beredar, Anda dapat mengungguli kompetitor melalui optimalisasi UI/UX yang lebih baik.
Mengenal Profesi UI/UX Designer
Di Indonesia, masih banyak orang yang belum mengenal atau bahkan mengetahui profesi UI/UX designer. Padahal, di negara-negara maju profesi ini menjadi salah satu pekerjaan yang banyak dicari. Akan tetapi, perlu dipahami bahwa desain UI dan UX memiliki job desc dan tanggung jawab yang berbeda meskipun output keduanya saling berhubungan satu sama lain.
UI Designer
Desainer UI diperlukan untuk menciptakan tampilan aplikasi atau situs web yang apik dan ramah pengguna. Profesi ini membutuhkan kejelian, kreativitas, dan keterampilan desain digital yang mumpuni. Fokusnya terletak pada pembuatan elemen visual yang mudah diakses, inklusif, dan intuitif.
UI memiliki pengaruh yang krusial terhadap UX sebuah aplikasi. Desainer UI bertanggung jawab penuh pada setiap elemen visual dalam sebuah aplikasi, mulai dari warna, jarak antarelemen, tipografi, gambar, tombol, ikon, dll. Akan tetapi, selain elemen visual, desainer UI pun harus memahami cara kerja pikiran manusia agar tampilan antarmuka yang dibuat terasa intuitif.
Menjadi seorang UI designer adalah pilihan karier yang baik. Kunci untuk menjadi desainer UI andal adalah kemampuan untuk mengenali masalah user dan mencari solusi yang paling efektif. Ia tidak sekadar memilih warna favorit atau fonta yang cantik, tetapi harus mampu mempertimbangkan kebutuhan tiap user. Misalnya, mencari variasi warna yang menghasilkan kontras baik agar teks lebih mudah dibaca atau menyesuaikan ikon dan elemen visual pada aplikasi dengan budaya dan kepercayaan target penggunanya.
Dilansir dari situs web Glassdoor, rerata bayaran untuk UI designer di Amerika Serikat mencapai lebih dari $80.000 per tahun. Angka ini terbilang fantastis untuk profesi yang baru meningkat pesat dalam satu dekade terakhir.
UX Designer
Dalam beberapa tahun terakhir, UX designer menjadi salah satu pekerjaan yang paling dicari. Hal ini berdampak pada peningkatan standar kualitas perancangan dan pembuatan UX, mulai dari level pemula sampai profesional.
User Experience adalah bidang yang cukup tricky karena pengalaman masing-masing orang saat menggunakan aplikasi sangat berbeda. Ada banyak faktor yang memengaruhi hal tersebut, mulai dari tingkat pendidikan pengguna hingga kebiasaan masing-masing orang.
Karena alasan di atas, perancangan UX melibatkan banyak proses research dan eksperimen. Desainer UX harus memiliki kemampuan untuk menimbang kualitas produk secara objektif dari sudut pandang pengguna. Ia juga perlu mengetahui cara membuat user “betah” berlama-lama memakai aplikasi dan membantu mereka membuat keputusan.
Pendapatan UX designer sangat bervariasi dari satu negara ke negara lain. Di Kanada, gaji UX designer pemula berada di angka $35.000 per tahun, sedangkan desiner senior dapat memperoleh pendapatan hingga $70.000 per tahun. Sementara itu, di Amerika Serikat gaji seorang desainer UX senior bisa mencapai angka $128.000 per tahun.
7 Kiat Menjadi UI/UX Designer Andal
Apabila Anda tertarik menjadi seorang UI/UX designer, ada banyak hal yang perlu dipelajari sebelum terjun ke ranah profesional. Sama seperti bidang keilmuan lainnya, menguasai pembuatan tampilan antarmuka dan optimalisasi pengalaman pengguna butuh banyak latihan dan pengalaman.
Untuk menjadi seorang desainer UI/UX andal, ada tujuh kiat yang harus Anda perhatikan:
1. Melatih Pola Pikir Customer-centric
Menjadi desainer sistem antarmuka mengharuskan Anda memiliki pola pikir yang mengedepankan kebutuhan user. Mindset desainer harus berpatokan pada perspekstif dan pengalaman pengguna. Hal ini penting, sebab pengembang secara alamiah akan menganggap bahwa aplikasi buatannya sudah “sempurna” atau tidak memiliki kekurangan.
Sebagai desainer, Anda tidak boleh condong pada selera dan kemauan pribadi saat membuat sebuah keputusan. Diperlukan kejelian untuk memilah elemen-elemen yang secara universal tampak menarik atau bermanfaat bagi pengguna. Pasalnya, seperti yang sudah disebutkan di atas, kualitas pengalaman pengguna bisa jadi berbeda satu sama lain.
Anda juga harus “kenal” siapa mayoritas aplikasi yang sedang dikembangkan. Dari sana, Anda bisa membuat antisipasi dan menentukan metode interaksi terbaik antara aplikasi dengan penggunanya.
2. Tahu Cara Melakukan Research
Seorang desainer antarmuka harus mampu melakukan profiling dan memetakan demografi pengguna secara akurat, seperti usia pengguna, tempat tinggal, status ekonomi, dll. Karena alasan ini, kemampuan research menjadi skill wajib yang tidak boleh dilewatkan.
Anda harus membiasakan diri dengan beragam metode dan teknik penelitian, mulai dari metode standar seperti kualitatif/kuantitatif, hingga yang lebih rumit seperti eksperimental dan studi kasus. Pakailah feedback pengguna sebagai acuan utama supaya pengembangan yang dilakukan benar-benar efektif dan tepat sasaran.
Sebagai saran, research yang baik selalu dimulai dari satu masalah spesifik yang hendak diperbaiki. Oleh sebab itu, pastikan Anda selalu aktif mencari masalah atau kekurangan pada aplikasi yang dikembangkan. Jangan ragu mengkritik produk sendiri!
3. Mendahulukan UX sebelum Mengembangkan UI
Idealnya, pembuatan UX dan UI harus dilakukan oleh dua tim yang berbeda. Sebelum menggabungkan keduanya, masing-masing sistem harus sudah memiliki pola dan konsep pembuatan sendiri-sendiri.
Akan tetapi, ingatlah bahwa UX harus selalu didahulukan daripada UI. Mulailah dengan membuat kerangka UX dalam bentuk diagram yang menunjukkan ekspekstasi perilaku user saat mengoperasikan aplikasi. Dari sana, Anda bisa mulai merancang user interface untuk melengkapi sistem UX yang sudah dibuat.
Cobalah untuk merancang sitemap untuk masing-masing halaman yang akan dibuat. Sitemap adalah hierarki konten yang tersedia dalam sebuah aplikasi atau halaman situs web. Pastikan user dapat berpindah secara mudah dari poin A ke poin B, begitupun sebaliknya, dengan demikian Anda dapat mengeleminasi elemen-elemen yang kurang efisien atau tidak relevan dengan fungsi aplikasi.
4. Melakukan Tes Antarmuka secara Berkala
Pengembangan UI/UX dibuat berdasarkan data yang diperoleh. Dengan demikian, kumpulkanlah data sebanyak mungkin, baik melalui survei pengguna, hasil analisis pasar, dan tes antarmuka.
Pengetesan mampu memberi gambaran yang lebih real dari masalah yang Anda hadapi. Ada banyak cara mengetes antarmuka aplikasi. Anda bisa menggunakan parameter sendiri atau alat tes dari pihak ketiga, seperti Google Optimize.
Sebaiknya, lakukanlah pengetesan melalui lebih dari satu perangkat atau parameter agar hasil yang didapat lebih reliable. Sebagai contoh, jika Anda mengembangkan aplikasi cross-platform, pastikan tampilan antarmuka yang dihasilkan sama bagusnya di sistem operasi Android, iOS, dan Windows. Gunakanlah beberapa jenis gawai atau perangkat yang berbeda untuk mendapat cakupan data yang lebih luas.
5. Mengamati Perkembangan Kompetitor
Pengembangan aplikasi adalah bidang yang sangat cepat berubah, serta dipenuhi oleh inovasi dari berbagai merek dan perusahaan. Untuk menyempurnakan kualitas UI/UX aplikasi Anda, jangan segan untuk mengamati atau bahkan mencontoh hal-hal positif dari desain yang digunakan oleh kompetitor. Menjiplaknya mentah-mentah tentu terasa tidak etis (dan pengguna lama kelamaan bisa menyadarinya), tetapi tidak ada larangan untuk memakai UI/UX orang lain sebagai referensi atau “inspirasi”.
Selain dari kompetitor, Anda pun boleh mencari referensi yang lebih luas dari aplikasi atau situs web lain di luar segmentasi incaran Anda. Bereksperimenlah untuk memodifikasi dan menyempurnakan rancangan sistem antarmuka buatan sendiri.
6. Ikuti Tren UI/UX Kekinian
Sama seperti bidang lainnya, dunia UI/UX juga kerap memiliki tren yang menjamur di antara para penggiatnya. Supaya tidak ketinggalan, Anda harus cermat dalam memantau atau bahkan mempelajari tren terbaru secara mendetail. Ingat, tidak semua tren perlu diikuti, cukup pilih beberapa yang cocok dengan sistem antarmuka aplikasi Anda.
Sebagai contoh, dalam 1-2 tahun terakhir, muncul tren “Dark Mode” pada banyak aplikasi mobile. Sekalipun bukan hal yang benar-benar baru, tren tersebut nyatanya masih cukup populer sampai saat ini. Ada pula tren penggunaan floating element pada tampilan antarmuka aplikasi di tahun 2020. Jika Anda suka dengan desain yang tampak “bersih” dan rapi, tren tersebut patut diikuti.
7. Memperhatikan Kualitas Copywriting pada Aplikasi
Sebuah aplikasi pada umumnya tidak hanya terdiri dari tombol yang dilengkapi ikon saja. Selalu ada tulisan yang dipasang di sana-sini. Untuk memaksimalkan pengalaman pengguna, kualitas copywriting juga harus mendapat perhatian khusus di mata desainer.
Copy yang bagus harus ringkas dan mudah dipahami. Gunakanlah bahasa yang mudah dipahami oleh semua orang. Selain itu, sebaiknya sediakan juga opsi untuk memilih bahasa selain Indonesia, setidaknya Bahasa Inggris.
Apabila desain aplikasi Anda tampak terlalu “penuh” oleh tulisan, Anda bisa mengatur ekspektasi pengguna melalui desain visual. Misalnya, memberikan warna berbeda pada tombol dengan fungsi khusus, atau memberi pointer pada bagian yang perlu ditekan pengguna untuk melakukan fungsi tertentu.
Penutup
Demikianlah ulasan tentang pentingnya peran UI/UX designer dalam pengembangan aplikasi. Dari tulisan di atas, dapat disimpulkan bahwa profesi sebagai UI/UX designer membutuhkan lebih dari sekadar keterampilan software development – tetapi juga kejelian untuk melihat sebuah produk dari perspektif pengguna dan kemauan untuk bereksperimen dengan hal-hal baru.
Akan tetapi, ingatlah bahwa selain hal-hal di atas, seorang desainer UI/UX sebaiknya juga memiliki kemampuan teknis yang mumpuni, mulai dari menguasai perangkat analisis seperti Google Analytics dan bahasa pemrograman web seperti HTML.
Ke depannya, profesi sebagai UI/UX designer akan menjadi incaran banyak orang. Dengan pertumbuhan pengguna aplikasi yang tak kunjung surut. Bidang ini diprediksi akan berkembang secara jauh lebih pesat dalam beberapa tahun saja.
Apabila Anda tertarik menggeluti bidang ini, tidak ada salahnya untuk segera belajar dan mengembangkan diri. Semoga berhasil!