Perlu diketahui bahwa ada berbagai cara untuk membangun sebuah website melalui coding. Salah satu yang paling mudah yaitu dengan menggunakan front-end framework. Anda bisa membuat tampilan website yang menarik dan profesional dengan lebih cepat.
Saat ini, ada banyak front-end framework yang tersedia dan bisa Anda coba. Tentunya, setiap framework memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Kemudian, manakah yang paling cocok untuk Anda?
Ada sekian banyak framework yang tersedia dan kami akan mengulas secara lengkap 10 front-end framework terbaik yang bisa Anda pilih sesuai dengan kebutuhan Anda.
Yuk, simak ulasannya berikut!
10 Front-end Framework Terbaik
Dilansir dari GitHub berikut adalah 10 front-end framework terbaik berdasarkan rating yang diberikan oleh pengguna:
- Vue.js
- React
- Angular
- jQuery
- Svelte
- Semantic UI
- Preact
- Foundation
- Backbone.js
- Ember.js
Mari kita simak penjelasan lengkap untuk masing-masing framework!
1. Vue.js
Salah satu framework front-end paling populer saat ini, Vue.js, merupakan framework yang sederhana dan lugas. Hal ini dianggap bagus dikarenakan menghilangkan kompleksitas yang dihadapi developer Angular. Ukuran Vue.js lebih kecil dan menawarkan dua keunggulan utama – DOM visual dan berbasis komponen.
Vue.js adalah framework berjenis MVVM (Model-View ViewModel) yang dibangun di atas bahasa JavaScript. Front-end framework yang satu ini punya aturan penulisan kode yang simpel, sehingga mudah digunakan oleh pemula.
Meskipun dibuat untuk mengoptimalkan kinerja aplikasi dan mengatasi kerumitan, Vue.js tidak begitu populer di kalangan raksasa pasar. Namun, Alibaba, 9gag, Reuters, Xiaomi adalah pengguna kerangka ini. Vue.js terus berkembang dalam hal adopsi meskipun lebih sedikit peminat dari Silicon Valley.
Kelebihan Vue.js:
- Dokumentasi yang luas dan rinci.
- Sintaks yang sederhana – programmer dengan latar belakang JavaScript dapat dengan mudah memulai dengan Vue.js.
- Fleksibilitas untuk mendesain struktur aplikasi.
- Dukungan ketikan.
Kekurangan Vue.js:
- Kurangnya stabilitas komponen.
- Komunitas yang relatif kecil.
- Hambatan bahasa dengan plugin dan komponen (kebanyakan plugin ditulis dalam bahasa Mandarin, sehingga sulit dipahami dan digunakan).
2. React
React adalah salah satu framework paling sederhana untuk dipelajari. Framework ini dikembangkan oleh Facebook untuk memperbaiki persoalan pemeliharaan kode karena penambahan fitur aplikasi.
React sebenarnya bukan sebuah front-end framework murni, melainkan sebuah library berbasis JavaScript. Pun demikian, ia tetap punya berbagai fitur layaknya sebuah framework, contohnya DOM (Document Object Model).
Di samping itu, React juga punya kinerja stabil. Hal tersebut membuatnya bisa diandalkan untuk membangun PWA (Progressive Web Apps) dan SPA (Single Page Application) yang dipersiapkan untuk menampung banyak trafik.
Kelebihan React:
- Komponen bisa digunakan berulang-ulang di berbagai halaman aplikasi.
- Kemudahan untuk menulis komponen tanpa perlu mengenalkan (deklarasi) Class-nya.
- Menyediakan berbagai tools pengembang dengan fitur-fitur yang melimpah.
Kekurangan React:
- Dokumentasi yang berubah-ubah, mengingat frekuensi update yang terlalu sering.
- Agak sulit dipelajari pemula karena JSX yang cenderung rumit.
3. Angular
Angular adalah satu-satunya framework yang berdasar pada TypeScript di daftar 10 front-end framework terbaik. Resmi diluncurkan pada tahun 2016, Angular dikembangkan oleh Google untuk menjembatani antara tuntutan teknologi yang semakin meningkat dan konsep konvensional.
Tidak seperti React, Angular unik dengan fitur pengikatan data dua arahnya. Artinya, ada sinkronisasi waktu nyata antara model dan tampilan, di mana setiap perubahan dalam model tercermin langsung pada tampilan dan sebaliknya.
Jika proyek Anda melibatkan pembuatan aplikasi seluler atau web, Angular sangat cocok untuk dijadikan pilihan pengerjaan front-end Anda. Selain itu, Anda juga dapat menggunakan kerangka kerja ini untuk mengembangkan aplikasi web multi-halaman serta progresif. Perusahaan seperti BMW, Xbox, Forbes, Blender, dan lainnya menerapkan aplikasi yang dibuat dengan Angular.
Kelebihan Angular:
- Setiap perubahan kode bisa ditampilkan hasilnya secara instan berkat adanya Two-way Data Binding.
- Dapat menggunakan komponen secara berulang-ulang cukup dengan sekali menulis komponen.
- Jumlah baris kode yang diperlukan untuk membangun aplikasi jadi lebih sedikit.
- Dukungan resmi dari Google dan komunitas yang luas.
Kekurangan Angular:
- Agak sulit dipelajari oleh pemula, mengingat aturan penulisan kode yang cukup rumit.
- Struktur aplikasi yang dihasilkan cenderung rumit, sehingga bisa menurunkan kinerja aplikasi.
- Kemampuan SEO yang terbatas sehingga kurang SEO friendly.
4. jQuery
jQuery adalah salah satu front-end framework tertua yang dirilis sejak tahun 2006. Meski begitu, jQuery masih cukup relevan digunakan untuk membangun website, mobile app, dan desktop app.
Sama seperti React, jQuery sebenarnya adalah library JavaScript dan bukan merupakan framework. Nah, jQuery punya fungsi utama yaitu untuk memanipulasi CSS dan DOM sehingga menghasilkan website yang lebih interaktif.
Selain itu, jQuery juga menawarkan kemudahan penggunaan dengan memangkas aturan penulisan kode JavaScript menjadi lebih ringkas. jQuery juga didukung komunitas yang luas dan berpengalaman.
Kelebihan jQuery:
- Mudah dipelajari dan digunakan oleh pemula karena penulisan kode yang simpel.
- Mendukung hampir semua browser yang ada di pasaran.
- Menyediakan beragam pilihan plugin untuk menambah fiturnya.
Kekurangan jQuery:
- Ukuran yang tergolong besar, satu package jQuery terdiri atas semua komponen DOM, Events, Effects, dan AJAX.
- Kinerja yang tergolong lambat, mengingat ukuran yang besar.
- Tidak memiliki Data Layer, sehingga proses memanipulasi DOM jadi lebih rumit.
5. Svelte
Bertolak belakang dengan jQuery, Svelte adalah front-end framework dengan usia paling muda yang ada di daftar ini. Sebab, Svelte baru diluncurkan pada 2016 lalu.
Berbeda dengan yang lain, Svelte bukan merupakan framework maupun library, melainkan sebuah compiler. Nah, compiler yang satu ini berbasis JavaScript, HTML, dan CSS sekaligus.
Meski menggabungkan tiga elemen, performanya tetap stabil. Bahkan, Svelte dianggap sebagai salah satu framework tercepat saat ini. Selain itu, ia juga tergolong ringan karena aturan penulisan kode yang cenderung ringkas.
Kelebihan Svelte:
- Lebih ringan dan simpel karena bisa menggunakan library JavaScript yang sudah ada.
- Kinerja lebih cepat dibanding framework populer lain seperti React atau Angular.
- Aturan kode yang minimalis sehingga proses pengembangan aplikasi lebih cepat.
Kekurangan Svelte:
- Dukungan komunitas yang minim dan belum berkembang
- Tools pengembang yang tersedia masih sedikit.
- Belum terlalu populer karena tergolong masih baru.
6. Semantic UI
Mirip dengan Svelte, Semantic UI adalah front-end framework yang masih tergolong baru. Framework ini baru diluncurkan 2014 oleh Jack Lukicthis, seorang full-stack developer.
Nah, Semantic UI adalah framework berbasis CSS. Itulah sebabnya, front-end framework yang satu ini secara bawaan tidak menggunakan DOM maupun Data Binding sama sekali.
Meski begitu, Semantic UI mendukung integrasi dengan framework lain, seperti React, Angular, dan Ember.js. Selain itu, ia juga menyediakan dukungan plugin pihak ketiga untuk menambah fitur-fiturnya.
Kelebihan Semantic UI:
- Tersedia berbagai pilihan tema dan komponen UI.
- Aturan penulisan kode yang mudah dipahami.
- Mendukung berbagai integrasi sehingga banyak fitur bisa ditambahkan.
Kekurangan Semantic UI:
- Ukuran package yang cukup besar.
- Dukungan komunitas yang masih tergolong minim.
- Fitur dan fungsi-fungsi bawaan yang cenderung terbatas.
7. Preact
Preact adalah front-end framework yang diluncurkan pada 2015 lalu oleh Jason Miller. Sesuai namanya, framework ini merupakan alternatif dari React. Karena, ia punya fitur dan API yang hampir mirip dengan React.
Meski begitu, ukuran Preact jauh lebih kecil dari React, yaitu hanya 3 KB saja! Dengan begitu, aplikasi yang dihasilkan jadi lebih ringan dari segi ukuran dan memiliki kinerja gesit.
Sama seperti React, Preact juga sebenarnya merupakan library dan bukanlah framework murni. Pun demikian, front-end framework yang satu ini sudah menggunakan Virtual DOM layaknya sebuah framework.
Kelebihan Preact:
- Ukuran yang sangat kecil sehingga meringankan beban kerja aplikasi yang dibangun.
- Kinerja yang gesit karena menggunakan Virtual DOM dengan cara kerja yang ringkas.
- Kompatibel dengan hampir semua ekosistem yang ada pada React, seperti komponen dan plugin.
Kekurangan Preact:
- Kurang populer dan komunitas yang tergolong kecil, jika dibandingkan dengan React.
- Tidak mendukung propTypes, fitur kunci yang ada di React, sehingga hanya mendukung migrasi dengan ES6 API.
8. Foundation
Berbeda dengan beberapa framework di atas seperti Vue.js dan jQuery yang cocok untuk pemula, framework ini lebih ditujukan untuk developer tingkat mahir. Ia adalah Foundation, front-end framework yang diluncurkan oleh Zurn pada 2011 lalu.
Framework berbasis JavaScript, HTML, dan CSS sekaligus ini memang ditujukan khusus untuk membangun proyek berskala besar dalam ruang lingkup perusahaan. Foundation didukung berbagai fitur untuk pengembangan tingkat lanjut.
Bahkan, Foundation juga punya framework khusus untuk membangun SPA dengan Foundation for Apps. Ada juga framework yang ditujukan untuk membuat aplikasi email bernama Foundation for Email.
Kelebihan Foundation:
- Mendukung integrasi dengan Library HTML5, misalnya Form Validation.
- Rendering otomatis untuk tampilan yang menyesuaikan berbagai perangkat.
- Kustomisasi tingkat lanjut untuk menghasilkan tampilan yang menarik.
Kekurangan Foundation:
- Cukup sulit untuk dipelajari oleh developer pemula.
- Dukungan komunitas yang masih minim karena tidak terlalu populer.
9. Backbone.js
Backbone.js adalah front-end framework yang dikembangkan oleh Jeremy Ashkenas, penulis CoffeeScript pada 2010 lalu. Framework ini merupakan framework open source yang diterbitkan di bawah lisensi software MIT.
Backbone.js tergolong framework berjenis MVC yang dibangun di atas bahasa JavaScript. Front-end framework satu ini dianggap sebagai framework yang paling mudah digunakan karena aturan penulisan kode yang simpel.
Dengan aturan kode yang sederhana, kemampuannya tetap tidak bisa dipandang sebelah mata. Sebab, Backbone.js bisa digunakan untuk membangun SPA dengan lancar.
Kelebihan Backbone.js:
- Kinerja yang tergolong cepat serta ukuran yang tetap ringan.
- Sangat mudah dipelajari oleh pemula sekalipun.
- Mudah untuk membangun sistem yang lebih kompleks berkat adanya API.
Kekurangan Backbone.js:
- Hanya menyediakan tools untuk pengembang versi standar dengan kemampuan yang terbatas.
- Harus menulis kode dalam bentuk Boilerplate (menulis di banyak tempat) agar Model dan View dapat berkomunikasi satu sama lain.
10. Ember.js
Ember.js merupakan front-end framework yang dikembangkan sejak 2011 lalu oleh Yehuda Katz. Sama seperti beberapa framework sebelumnya, ia juga termasuk framework open source di bawah lisensi MIT.
Nah, Ember.js adalah framework berjenis MVVM yang dibangun dengan bahasa JavaScript. Kebalikan dengan Backbone.js, framework yang satu ini dianggap sebagai salah satu framework tersulit untuk dipelajari.
Padahal, kemampuannya tidak perlu dipertanyakan lagi. Ember.js memang dirancang agar bisa memenuhi kebutuhan pengembangan website dan mobile app lewat beragam fitur unggulan.
Kelebihan Ember.js:
- Server-side rendering yang membuat halaman website tampil lebih cepat.
- Kinerja yang cepat dan responsif berkat beragam tools bawaan seperti routing dan testing.
- Dokumentasi yang tergolong lengkap.
Kekurangan Ember.js:
- Dukungan komunitas yang masih minim.
- Kreator yang jarang melakukan update.
- Struktur kode yang kaku sehingga sulit dipelajari.
- Terlalu banyak fitur sehingga tidak cocok untuk aplikasi sederhana.
Yuk Bangun Website dengan Front-end Framework Terbaikmu!
Anda telah mengenal secara singkat 10 front-end framework terbaik di artikel ini. Pastinya, setiap framework punya karakteristik, kelebihan, dan kekurangannya masing-masing.
Maka dari itu, pilihlah framework yang paling sesuai dengan kebutuhan Anda. Tujuannya agar proses pengembangan front-end berjalan lancar dan menghasilkan interface website yang menarik.
Apabila Anda mengalami kesulitan dalam pembuatan website, kini semuanya lebih mudah. Banyak software house yang sudah menyediakan jasa layanan pembuatan website. Dan SoftwareSeni adalah salah satu dari perusahaan pengembang tersebut.
Softwareseni adalah salah satu software house dengan compliance terbaik yang ada di Indonesia. SoftwareSeni juga merupakan perusahaan konsultasi IT yang melayani jasa pembuatan software, maintenance website, dan aplikasi. Berawal dari 2013 dengan klien Australia dan berkembang ke berbagai negara hingga di 2017, Softwareseni mulai bekerja dengan perusahaan Indonesia.
Mengapa Harus SoftwareSeni?
Berstandar Internasional
Selain di Indonesia, SoftwareSeni juga memiliki Office di luar negeri, tepatnya di Sydney, Australia. Dengan standar internasional tersebut, SoftwareSeni telah memenuhi berbagai kebutuhan dan membantu menyelesaikan permasalahan digital dari berbagai client.
Tim yang Solid, Besar dan Profesional
Terhitung per 2021, SoftwareSeni memiliki lebih dari 200 staff profesional yang ahli di setiap bidangnya, sehingga apapun kebutuhan digital perusahaan anda, SoftwareSeni siap untuk memenuhinya.
Service yang Beragam
SoftwareSeni memiliki banyak service yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan digitalisasi perusahaan anda. Desain Grafis, User Experience, Customer Service and Support, Application Development, hingga Wordpress & Plugin Development merupakan servis - servis pilihan yang tersedia di SoftwareSeni Indonesia.
Model Kerjasama yang Bisa Disesuaikan
SoftwareSeni memiliki model kerjasama yang beragam sehingga anda memiliki banyak opsi yang anda bisa sesuaikan dengan kebutuhan bisnis anda.
Seat Outsourcing (Staf yang berdedikasi khusus untuk project anda), Ad Hoc (Tim yang siap sedia untuk request satuan anda), dan Project-based (Tim professional untuk menyelesaikan target project anda) merupakan model kerjasama yang tersedia di SoftwareSeni.
Telah Dipercaya oleh Perusahaan-perusahaan Besar Indonesia
Integritas SoftwareSeni dan profesionalitas tim yang ada di dalamnya, membuat SoftwareSeni banyak dipercaya oleh perusahaan - perusahaan besar di Indonesia, sebut saja Traveloka, Angkasa Pura, Astra Internasional, Canny Class, Museum Kepresidenan Yogyakarta dan masih banyak perusahaan besar lainnya yang mempercayakan kebutuhan digitalisasi perusahaan mereka pada SoftwareSeni.