Industri pengembangan mobile app mengalami transformasi besar-besaran dalam satu dekade terakhir. Seiring dengan bertambahnya pengguna ponsel pintar, pelaku usaha dari berbagai sektor, termasuk dari industri strategis dan kreatif, mulai mencoba terjun untuk mengembangkan aplikasinya sendiri.
Faktanya, media teknologi tersohor asal Amerika Serikat, Tech Times, menyebut bahwa urgensi penggunaan aplikasi berbasis mobile saat ini sama seperti urgensi website development selama beberapa tahun silam. Karena itu, tidak heran jika ada banyak perusahaan besar yang mulai mengalihkan fokus ke pasar pengguna mobile.
Berbagai perusahaan kini mengalami “pertarungan” tanpa henti untuk mendapat perhatian dari target pasarnya. Hal ini menciptakan iklim kompetisi yang ketat, cepat, dan tak kenal ampun; hal-hal minor saja dapat membuat pelanggan loyal Anda beralih menggunakan produk kompetitor.
Berdasarkan alasan di atas, pengembang aplikasi kini dituntut untuk terus mengembangkan kemampuan dan memperkaya keterampilan, serta menguasai framework yang akan dipakai selama proses pengembangan aplikasi.
Di artikel ini, kami akan memberikan perbandingan secara detail dari Flutter vs React Native, dua perangkat pembangun aplikasi yang sangat populer untuk keperluan software development, khususnya di kelas mobile app.
Sekilas tentang Pengembangan Mobile App
Memahami kerangka pengembangan mobile app sangat penting supaya Anda bisa bisa memilih framework mana yang lebih tepat, serta dapat membuat alur perencanaan yang lebih efektif dan terukur.
Ingat, Flutter dan React Native cukup kompleks sehingga mempelajari keduanya sekaligus dapat memakan banyak waktu. Oleh sebab itu, Anda harus tahu framework mana yang perlu diprioritaskan.
Pada dasarnya, pengembangan mobile app dilakukan dalam lima langkah:
1. Membuat Sketsa Ide Aplikasi
Siapkan media tulis untuk mencatat ide yang didapat. Anda harus memastikan ide tersebut realistis dan relevan dengan masalah yang hendak dipecahkan. Tujuan dari langkah ini adalah untuk menentukan fitur dan sistem kerja aplikasi. Tidak perlu memikirkan soal teknis; biarkan imajinasi Anda bermain!
Sebaiknya, pisahkan ide yang ditulis menjadi dua bagian: ide wajib dan ide sekunder. Ide yang termasuk kriteria wajib adalah ide yang harus diwujudkan selama proses pembuatan aplikasi. Sementara itu, ide sekunder berisi fitur tambahan yang menarik untuk dicoba, tetapi tidak bersifat krusial.
2. Melakukan Riset Pasar
Riset pasar sering kali menjadi faktor yang diabaikan oleh pengembang pemula, terutama mereka yang belum berpengalaman di dunia start up. Padahal, riset pasar adalah aspek pertama yang bisa memengaruhi keberhasilan atau kegagalan sebuah aplikasi.
Melakukan riset pasar sejatinya butuh waktu lama, tetapi Anda dapat melakukan riset singkat dengan cara membandingkan aplikasi yang hendak dibuat dengan aplikasi serupa yang dibuat oleh kompetitor, mencari tahu keinginan dan kebutuhan calon pelanggan, serta menentukan model bisnis yang tepat.
3. Mengatur Antarmuka Aplikasi
Antarmuka (termasuk User Experience dan User Interface) adalah faktor vital yang menentukan kesuksesan sebuah app. Anda perlu memikirkan rancangan UI dan UX sebagai bagian awal pengembangan aplikasi. Ingat, perubahan antarmuka yang masif di kemudian hari tidak hanya memakan banyak waktu, tetapi juga biaya.
Sebagai pengembang mobile app, Anda harus memastikan semua fitur yang disediakan mudah dijangkau pelanggan. Sebagian besar ponsel pintar saat ini berukuran tidak lebih 6 inci. Karena itu, Anda wajib membuat rancangan antarmuka yang tidak sekadar menarik, tetapi juga mudah dioperasikan melalui perangkat-perangkat kecil.
4. Meluncurkan Aplikasi dan Melakukan Evaluasi
Berbicara soal aplikasi jelas tidak akan lepas dari dua pasar: Apple Store dan Google Play. Pastikan Anda memasarkan aplikasi yang dibuat melalui kedua kanal tersebut. Namun, penting untuk dicatat bahwa sistem operasi pada perangkat Apple dan Android memiliki beberapa perbedaan teknis.
Sebagai contoh, untuk mengembangkan aplikasi untuk iOS, Anda perlu memakai Xcode. Perangkat besutan Apple tersebut dirancang untuk membuat aplikasi untuk iOS, MacOs, tvOS, dan watchOS. Tenang saja, aplikasi ini mendukung penggunaan Flutter dan React Native!
Mengembangkan mobile app nyatanya memang tidak mudah dan membutuhkan proses yang panjang. Untuk memudahkan Anda, gunakan saja jasa pembuatan mobile app, web app, dan PWA yang disediakan oleh Sotfware house ternama, seperti SoftwareSeni.
Pengaruh Pengembanganan Aplikasi Cross Platform untuk Bisnis
Flutter dan React Native sejak awal dirancang untuk keperluan mobile app development lintas platform. Dengan kata lain, Anda bisa memakai framework tersebut untuk membuat aplikasi berbasis iOS atau Android.
Ada banyak sekali keuntungan penggunaan perangkat lunak cross platform. Pertama, Anda tidak perlu repot mengembangkan aplikasi secara terpisah-pisah; hal yang kerap menjadi masalah bagi pengguna perangkat pengembangan native.
Kode yang digunakan pada perangkat cross platform pun dapat dipakai berulang-ulang. Dengan kata lain, pengembang bisa mencari kode yang dibutuhkan dalam library mereka, lalu merangkai kode-kode tersebut secara lebih efisien untuk meningkatkan performa aplikasi.
Kedua, Anda tentu bisa menghemat banyak biaya. Secara sederhana, waktu pengembangan yang lebih singkat akan memakan biaya yang lebih sedikit. Dengan mengembangkan satu aplikasi untuk semua platform, Anda dapat melakukan lebih banyak tes dan meraup keuntungan dengan lebih cepat.
Terakhir, aplikasi cross platform dapat memudahkan Anda untuk melakukan pembaruan (update) karena biasanya mobile app diakses secara daring oleh perangkat pengguna. Dengan demikian, pengguna umum tidak perlu mengunduh pembaruan secara manual karena semua perubahan yang diatur oleh pengembang bisa diunduh secara otomatis oleh perangkat yang digunakan.
Flutter Vs React Native: Memahami Fungsi Software Development Kit pada Pengembangan Mobile App
Pengembangan mobile app tidak akan lepas dari framework alias kerangka kerja yang dipakai untuk membangunnya. Kerangka tersebut umumnya terdiri dari seperangkat kode atau perintah dasar beserta fungsi-fungsi tambahan untuk membuat sebuah aplikasi.
Secara umum, peran framework dalam pengembangan sebuah aplikasi adalah:
- Membantu pengembang mempercepat proses pembuatan aplikasi dengan menyederhanakan perintah atau menyimpan script yang sudah dibuat agar bisa dipakai secara berulang-ulang.
- Menjadi alat penguji performa dan fungsi aplikasi sebelum dan sesudah diluncurkan.
- Memudahkan pengembang memakai kode pemrograman yang sudah dibuat, mencari celah di dalam kode (termasuk bug), serta meningkatkan keamanan pengguna.
Selain mempelajari framework, pengembang juga wajib mempelajari dan menguasai penggunaan software development kit pembuatan aplikasi wajib hukumnya bagi pengembang. Alat ini dapat membantu Anda menyusun komponen program atau perintah tanpa perlu memulai dari awal sehingga bisa menghemat banyak waktu dan tenaga.
Berikut adalah beberapa manfaat dari penggunaan software development kit dalam proses pengembangan aplikasi:
- Memungkinkan Anda untuk mempercepat integrasi dari berbagai fungsi yang berbeda sehingga aplikasi dapat dibuat dan diluncurkan dengan cepat.
- Mempercepat pekerjaan pengembang dengan memberikan crash reporting, melakukan analisis perilaku pengguna, dan mengatur notifikasi mobile secara otomatis.
- Memudahkan pengembang dari pihak ketiga untuk melakukan intergrasi sehingga aplikasi yang dibuat dapat menyasar target pasar yang lebih luas.
- Memberikan kontrol penuh untuk meregulasi cara aplikasi merespons aplikasi buatan pengembang lain.
- Menawarkan operasi yang lebih aman karena program yang dibuat dengan SDK tidak bisa diutak-atik atau diubah oleh pihak lain.
Flutter dan React Native didesain untuk memenuhi fungsi-fungsi di atas. Keduanya merupakan SDK (software development kit) yang terdiri dari sejumlah perangkat untuk membantu pembuatan dan pengembangan sebuah aplikasi.
Adapun kelebihan dan kekurangan masing-masing perangkat akan dijelaskan di bawah.
Keunggulan Flutter
Dikembangkan oleh Google sejak tahun 2015, Flutter adalah sebuah software development kit (SDK) lintas platform populer yang bisa membantu pengembang membuat aplikasi iOS dan Android yang tampak mirip seperti penggunaan kode native.
Perangkat ini dibangun dengan bahasa pemrograman Dart yang juga dirilis oleh Google. Flutter mampu digunakan di berbagai platform tanpa perlu memakai JavaScript sebagai penghubung ke kode native.
Saat ini, Flutter diklaim sudah digunakan oleh lebih dari setengah juta pengembang setiap bulannya. SDK ini menjadi kompetitor kuat dalam persaingan perangkat pengembangan mobile app lintas platform karena sejumlah keunggulannya.
Inilah beberapa keunggulan tersebut:
1. Fitur Hot Reload yang Menarik
Fitur Hot Reload pada Flutter memungkinkan Anda untuk langsung melihat efek dari kode yang baru diubah tanpa perlu melakukan kompilasi ulang. Dengan demikian, Anda dapat melakukan perbaikan bug, mengubah kode, dan bereksperimen dengan beragam jenis elemen antarmuka secara real time.
Fitur ini dapat menghemat banyak waktu dan meningkatkan produktivitas. Terlebih, Flutter juga mampu mengakses fitur native dari sebuah sistem operasi dan memakai ulang beberapa bahasa pemrograman, seperti Kotlin dan Swift, untuk digunakan di sistem operasi Android atau iOS.
2. Performa Stabil dengan Kode Terkompilasi
Flutter tidak butuh JavaScript untuk berkomunikasi, baik dengan komponen-komponen native di sebuah sistem operasi atau dengan web view untuk menampilan konten yang sudah dibangun. Hal ini membuat performanya sangat stabil di berbagai macam perangkat. Beberapa pengembang bahkan mengklaim bahwa Flutter berjalan secara stabil di angka 120 FPS selama masa uji coba aplikasi.
Sistem pengaturan letak dan layout pada Flutter pun membuat aplikasi yang dikembangkan lebih mudah disesuaikan ukurannya dengan beragam dimensi layar perangkat (bahkan lebih baik daripada SDK bawaan sistem operasi iOS). Dengan kata lain, animasi dan gambar bergerak dapat berjalan lebih mulus dibandingkan perangkat pengembangan native sistem operasi iOS atau Android.
3. Tangguh Menjalankan Sistem Antarmuka yang Kompleks
Proses rendering kode pada Flutter dijalankan oleh mesin grafis internal yang sama seperti mesin pada peramban Google Chrome atau Mozilla Firefox. Karena itu, optimisasi perangkat lunak yang dijalankan pun relatif lebih baik dan stabil untuk memproses sistem antarmuka yang kompleks.
Tak hanya itu, Flutter juga dirancang untuk memudahkan Anda membuat antarmuka custom yang bekerja dengan baik di sistem operasi iOS atau Android. Asyiknya, karena perangkat ini bersifat lintas platform, Anda dapat melakukan pembaruan secara simultan ke semua sistem operasi yang ditargetkan.
4. Mendukung Sistem Operasi Fuchsia
Selama beberapa tahun terakhir, Google tengah sibuk mengembangkan sistem operasi bernama Fuchsia yang digadang-gadang akan menjadi suksesor Android di masa depan. Meskipun belum ada informasi yang lebih jelas mengenai sistem operasi ini, banyak pengembang yang mulai merasa was-was karena pergantian sistem operasi jelas akan memengaruhi pengembangan aplikasi yang sudah dibuat.
Apabila Anda memakai Flutter untuk membuat dan mengembangkan aplikasi, Anda tidak perlu khawatir karena SDK tersebut sudah didapuk sebagai native framework untuk Fuchsia di masa depan.
Kekurangan Flutter
Flutter tidak 100% sempurna, masih ada beberapa kekurangan yang harus Anda ketahui, yaitu:
1. Teknologi yang Masih Baru
Dengan usia pengembangan yang tergolong muda, Flutter, beserta bahasa pemrogramannya — Dart — masih memiliki banyak kekurangan yang perlu diperbaiki, terutama soal kurangnya fitur kompleks yang diperlukan dalam pengembangan aplikasi yang lebih rumit. Faktanya, Flutter bahkan tidak memiliki guideline yang jelas untuk keperluan pengembangan aplikasi sehingga pengembang dituntut untuk mampu berkreasi sendiri.
Flutter juga masih mengalami keterbatasan dalam pengembangan aplikasi untuk perangkat yang lebih canggih, misalnya smartphone Samsung Galaxy Fold yang memiliki mekanisme tampilan layar nonkonvensional.
2. Aplikasi yang Dihasilkan Cenderung “Berat”
Meskipun performanya cukup stabil, aplikasi yang dikembangkan dengan Flutter cenderung lebih banyak memakan ruang penyimpanan dan lebih berat saat diproses. Dengan kata lain, optimalisasi kode perlu dilakukan terus-menerus secara bertahap, terutama jika aplikasi tersebut masih memiliki banyak bug atau glitch.
Sebagai perbandingan, ukuran aplikasi Hello World yang hanya sekitar 539 KB pada native Java dapat membengkak hingga 4,7 MB di Flutter. Masalah ini kemungkinan besar ada pada kemampuan kompresi paket yang kurang efisien.
3. Tampilan yang Tidak Sama Persis dengan Aplikasi Native
Terlepas dari dukungan dan isi library yang cukup banyak, hasil akhir pengembangan mobile app dengan Flutter masih belum bisa menyamai pengembangan secara native, baik di Android maupun iOS.
Keunggulan React Native
React Native adalah framework besutan Facebook yang bersifat open source alias bebas dipakai dan dikembangkan oleh siap saja. Perangkat lunak ini mengandalkan JavaScript dan JSX untuk membangun dan mengembangkan aplikasi native berbasis iOS dan Android.
Secara sederhana, React Native memungkinkan Anda untuk membuat antarmuka persis seperti aplikasi native dengan cara menyediakan komponen-komponen layout selama masa pengembangan. Hal ini bisa dilakukan karena React Native memang menggunakan komponen native pada elemen-elemen desainnya.
Keunggulan dari framework ini adalah:
1. Meningkatkan Performa Aplikasi
React Native bekerja dengan cara menargetkan komponen-komponen asli sistem iOS dan Android, lalu melakukan rendering kode secara langsung dan mandiri. Cara ini ampuh untuk meningkatkan performa aplikasi karena proses render tidak ditempatkan berbarengan dengan pengolahan kode antarmuka.
Dengan kata lain, React Native mampu memanfaatkan API sebuah sistem operasi untuk bekerja sehingga aplikasi yang dijalankan terasa mulus dan cepat. Selain itu, framework ini pun mampu mengolah child element secara terpisah dari parent data. Hasilnya, aplikasi dapat berjalan dengan lebih stabil. Faktanya, ada banyak perusahaan besar yang menggunakan React Native sebagai basis framework, mulai dari Facebook, AirBnB, hingga Instagram.
2. Meningkatkan Produktivitas dengan Komponen Siap Pakai
Sebagai pengembang, Anda mungkin terkadang jenuh menulis kode-kode sederhana dari awal. Untungnya, hal ini tidak akan menjadi masalah jika memakai React Native karena framework tersebut menyediakan komponen-komponen siap pakai.
Meskipun belum menyediakan komponen siap pakai untuk kode-kode yang lebih kompleks, fitur ini tentu masih bisa meningkatkan produktivitas pekerjaan Anda.
3. Memiliki Komunitas Pengguna yang Besar
React Native bersifat open source. Dengan demikian, siapa pun bisa memberikan kontribusi dalam pengembangan framework ini. Sebagai dampaknya, komunitas pengguna React Native tidak mengenal batasan; pengembang-pengembang besar dan pemula punya akses yang sama.
Apabila Anda mengalami masalah yang sukar dipecahkan, para penggiat komunitas React Native, terutama para pengembang senior dan pakar, sering kali bisa memberikan bantuan yang cepat dan akurat.
4. Menghemat Biaya Pengembangan Aplikasi
Sebagai perangkat cross application, React Native dapat memangkas biaya pengembangan karena Anda tidak perlu merekrut dua tim yang berbeda untuk mengembangkan sebuah mobile app (tim pengembang iOS & tim pengembang Android).
Framework ini pun memungkinkan Anda mengembangkan aplikasi yang menargetkan beberapa sistem operasi sekaligus menggunakan JavaScript dan sedikit kode native dari sistem operasi tersebut.
Kekurangan React Native
Meskipun memiliki sejumlah keunggulan, React Native tetap memiliki kekurangan tersendiri, yaitu:
1. Tetap Membutuhkan Kode Native
Meskipun mampu menjembatani JavaScript dan kode native, pada dasarnya Anda tetap harus memakai kode native sebuah sistem operasi untuk membuat aplikasi menggunakan React Native. Hal ini tentu terasa kontradiktif bagi pengembang yang sengaja memakainya untuk menghindari pemakaian kode native.
Selain itu, React Native hanya mampu bersaing dengan kode native dalam pembuatan aplikasi-aplikasi sederhana. Aplikasi dengan fungsi dan logika yang rumit berjalan jauh lebih mulus saat Anda memakai kode native secara murni.
2. Komponen Siap Pakai Kurang Banyak
Seperti yang sudah disebutkan di atas, React Native memberikan sejumlah komponen siap pakai untuk memudahkan pekerjaan Anda. Sayangnya, komponen-komponen tersebut masih terlalu sedikit dan belum mencakup fungsi-fungsi kompleks yang biasanya menyulitkan seorang pengembang.
Sebenarnya, ada library berisi komponen-komponen siap pakai yang dibuat dan dikembangkan oleh pihak ketiga. Namun, kualitas dan stabilitas komponen tersebut tidak jelas karena tidak dibuat oleh pengembang resmi. Anda kemungkinan besar harus berurusan dengan beraneka macam bug dan glitch sehingga jauh lebih baik untuk menulis kode sendiri dari awal. Akan tetapi, hal itu akan bertentangan dengan tujuan awal penggunaan React Native, yaitu memudahkan proses pengembangan aplikasi.
3. Tingkat Keamanan JavaScript yang "Cukup"
Sebagai pengembang, Anda pasti tahu bahwa library berbasis JavaScript bukanlah alat terbaik untuk membangun mobile app dengan tingkat keamanan tinggi. Satu baris kode yang salah saja dapat membuat aplikasi tersebut rentan akan kebocoran atau “serangan” dari pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
Oleh sebab itu, perlu kehati-hatian saat memakai React Native untuk membuat aplikasi yang melibatkan transaksi finansial atau mengandung informasi pribadi yang sensitif, terutama jika Anda berencana untuk memakai perangkat atau kode tambahan dari pihak ketiga.
4. Tidak Ramah untuk Pemula
React Native tidak disarankan digunakan oleh pengembang pemula karena tingkat kesulitannya yang jauh lebih tinggi daripada framework sejenis. Pengembang dituntut untuk memahami penggunaan JSX (JavaScript-XML) yang merupakan gabungan dari JavaScript dan HTML. Bahasa tersebut jauh lebih sulit untuk dikuasai sehingga kurang cocok bagi pengembang pemula yang sedang mengerjakan proyek dalam waktu relatif singkat.
Flutter Vs React Native: Mana yang Terbaik?
Dari tulisan di atas, dapat dilihat bahwa Flutter vs React Native memiliki keunggulan dan kekurangan masing-masing.
Untuk memudahkan Anda memilih framework terbaik, simaklah perbandingan dari kedua perangkat lunak tersebut:
1. Bahasa Pemrograman
Flutter memakai Dart, bahasa pemrograman buatan Google yang belum begitu banyak dipakai oleh pengembang aplikasi konvensional. Sementara itu, React Native memakai JavaScript yang jauh lebih populer di kalangan pengembang dan IT consultant.
Di poin ini, React Native sedikit lebih unggul daripada Flutter.
2. Arsitektur Perangkat
Sebagian besar komponen pada Flutter sudah dikemas sedemikian rupa sehingga tidak perlu dipakai untuk menjembatani fungsi bawaan dengan kode native sebuah sistem operasi. Sementara itu, React Native masih membutuhkan kode native untuk beroperasi karena mengandalkan arsitektur JavaScript yang tidak independen.
Di poin ini, Flutter lebih unggul daripada React Native.
3. Komponen Antarmuka
React Native dikenal sangat tergantung dengan komponen antarmuka yang disediakan oleh pihak ketiga alias tidak memiliki akses ke modul native sistem operasi. Flutter, di sisi lain, memiliki komponen antarmuka yang lebih banyak karena sudah dikemas bersama dengan komponen rendering antarmuka ditambah komponen dari library yang cukup banyak.
Tak hanya itu, Flutter juga dikenal memiliki banyak wigdet siap pakai sehingga Anda punya lebih banyak opsi saat mendesain aplikasi untuk Android atau iOS.
Di poin ini, Flutter lebih unggul daripada React Native.
4. Pengaruh terhadap Produktivitas
Fitur Hot Reload pada Flutter sangat membantu pengembangan melakukan beragam penyesuaian saat membuat sebuah aplikasi. Namun, bahasa pemrograman pada Flutter—Dart—yang belum dipakai secara luas mungkin bisa menjadi penghambat.
Di sini lain, React Native dapat digunakan dengan mudah oleh pengembang yang sudah berpengalaman memakai JavaScript. Namun, kurang ramah untuk pengembangan pemula.
Di poin ini, Flutter dan React Native bisa dikatakan seimbang.
5. Dukungan Komunitas
Meskipun kedua perangkat ini bersifat open source, komunitas React Native masih lebih besar daripada Flutter. Hal ini wajar karena React Native memakai JS yang sudah digunakan secara luas. Namun, seiring waktu, diharapkan ada lebih banyak pengembang yang terjun secara aktif ke komunitas pengguna Flutter
Di poin ini, React Native lebih unggul.
Penutup
Lantas, framework mana yang mesti Anda gunakan untuk mengembangkan mobile app? Jawabannya tentu tergantung pada kebutuhan dan kemampuan Anda. Jika sudah terbiasa memakai JavaScript dan ingin membuat aplikasi sederhana dengan dukungan komunitas yang besar, React Native tentu adalah pilihan terbaik.
Namun, jika Anda sedang membangun aplikasi yang membutuhkan banyak komponen antarmuka dengan sistem yang lebih kompleks, ingin mengutamakan keamanan dan kecepatan tanpa memikirkan besar ruang penyimpanan, serta tidak takut untuk melakuan banyak eksperimen, Flutter bisa jadi pilihan nomor satu.
Masih bingung dalam menentukan pilihan? Ada sistem yang ingin anda buat menggunakan Flutter atau React? Softwareseni siap membantu anda dalam memilih teknologi yang cocok untuk kebutuhan bisnis perusahaan anda.
Dengan lebih dari 170 staf profesional di bidang IT, Softwareseni siap membantu anda dalam mengembangkan bisnis anda. Mulai dari tahap estimasi produk, scoping, designing, building hingga adjustment agar sistem atau produk yang dibikin sesuai dengan kebutuhan dan goal bisnis anda.
Jadi, Anda punya kebutuhan sistem atau projek yang menggunakan Flutter atau React? Jangan ragu untuk menghubungi Softwareseni sebagai pilihan tepat software house anda.